Chapter 29

310 67 12
                                    







"Minggir dulu, Mas. Biarkan aku menyisir rambut dengan tenang."

"Sisir saja, aku hanya memelukmu. Itu tidak mengganggu."

Amel menghembuskan napasnya perlahan, membiarkan Dirga berlama-lama dengan kegiatannya. Dipandanginya mereka berdua dari cermin rias, tampak pria itu memeluknya dari belakang dengan sesuka hati. Berulang kali kepalanya disenderkan bergantian pada bahu kiri kemudian bisa juga pada bahu sebelah kanannya.



"Berjanjilah jangan meninggalkanku, atau membiarkanku."

Gadis itu tertawa sebentar. "Memangnya aku akan pergi kemana?"

"Bisa saja dengan, Johan."

"Kenapa sih kamu benci banget sama Johan, Mas."

"Karena dia tidak beres menjagamu, aku tidak percaya sama sekali dengan tampangnya." Amel menarik sudut bibirnya, bilang saja dia cemburu. Kok ngomong gitu susah amat!

"Dia itu udah seperti saudara aku, Mas. Wajar aku dekat dengannya, Johan itu sangat menjagaku kok, kadang aja situasi membuatnya tidak bisa selalu menyelamatkanku."

"Tapi aku suami kamu, udahlah. Dekat sama aku aja, ya!"

Dengan gemas dicubitnya pipi Dirga, membuat pria itu menarik kepalanya dari leher putih sang istri. "Aku anggap cubitan itu jawaban iya dari kamu, baiklah kutunggu dibawah."

Dirga keluar membawa turun serta koper mereka, memberi ruang untuk gadis itu bersiap. Untuk dua hari kedepan, rumah hanya akan ditinggali oleh Bi Rusnah. Bahkan Dirga memperbolehkannya membawa keluarga menginap di rumah miliknya, agar wanita itu tidak kesepian ditempat seluas ini.

*

Mereka berdua turun didepan sebuah hotel terkenal dikota itu, dibuka Dirga pintu mobil untuk sang istri lalu menyeret koper mereka memasuki bangunan bertingkat tinggi itu. Rendi ia biarkan menunggu di mobil saja, agar selesai mengantar Amel mereka dapat langsung menuju acara malam ini.

"Selamat datang di hotel kami, Pak." dua orang wanita berseragam kembar itu menyapa ramah.

"Tolong, saya pesan satu kamar dengan fasilitas kolam pribadi."

Mereka tidak langsung mengiyakan lalu memproses permintaan Dirga, keduanya saling pandang lalu melihat Amel yang tenang saja disamping pria itu. Mata bulat jernihnya menatap kagum, terlebih untuk kecantikan dua pekerja hotel ini.

"Baik, untuk Kakak apa kamar terpisah?" tanyanya pada Amel, membuat gadis itu menatap balik Dirga tak tahu harus jawab apa.

"Saya pesan satu kamar dengannya, hanya satu." emosinya sedikit terpancing, tapi masih bisa tak ditunjukkan olehnya.

"Sebelumnya jika Bapak dan Kakak sudah menikah, boleh menunjukkan kartu nikahnya, Pak?"

Dirga memandangnya kesal, tentu saja mereka belum punya. Ini hanya pernikahan siri saja, belum tercatat dimanapun. "Dia sungguh istri saya, berikan saja apa yang saya minta."

"Baik, apa ada hal lain yang bisa memperkuat status anda, Pak?"

Ck!

"Ini, ini cincin pernikahan kami. Bahkan ada nama disana, apa sudah menyakinkan?!"

Dirga gemas sendiri, kenapa dia bisa memilih hotel dengan peraturan sebanyak ini. Akhirnya keduanya dipersilahkan masuk, menikmati kamar yang telah dipesan. "Ayo." Amel mengangguk, mengikuti pria itu berjalan didepan dengan sedikit cibirannya yang tidak terdengar.

Dear Pak DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang