🛳️ | Bagian 07

509 61 3
                                    

🛳️ Bagian 07 🛳️

Pagi itu, Dayana baru bangun tidur. Semalaman ia begadang karena memikirkan hubungannya bersama sang sahabat, Maya dan Dara.

Memilih untuk keluar kamar dan menatap pemandangan pagi itu, Dayana mulai mengingat semua rangkaian kejadian lama itu kembali.

Ini semua karena Bastian! Dayana sama sekali tidak ada hubungannya dengan cowok tidak jelas asal-usul itu! Iya, Dayana memang play girl, cewek SMA yang terlihat nakal dan tidak memiliki masa depan yang jelas bagi banyak orang, namun selama ia memiliki orang tua dan dua sahabat yang percaya padanya, Dayana menulikan telinga.

Akan tetapi, selama seminggu ini Dayana dihadapkan pada situasi yang rumit, ia mendapatkan tuduhan bahwa ia mendekati pacar Dara, bahkan tersebar kabar yang tidak sedap yakni ia having sex with pria brengsek itu.

Padahal demi Tuhan! Dayana sama sekali tidak ada hubungannya dengan Bastian. Seminggu yang lalu itu Bastian menipunya! Berkata bahwa ia akan memperkosa sang sahabat jika Dayana tidak datang menyelamatkannya. Tentu sebagai sahabat Dayana tidak berpikir dua kali lagi demi keselamatan Dara. Setibanya di sana, ternyata ia dijebak di sebuah kamar bersama Bastian.

What? Dayana tahu Bastian bukan cowok yang baik-baik—dan sangat bodoh kala itu ia tidak melarang secara terang-terangan hubungan Dara dengan pria itu—namun tidak pernah terlintas di kepala Dayana jika Bastian se-bejat ini.

Waktu itu Dayana tertegun bersama hati yang teramat sangat sakit mendengar pengakuan demi pengakuan Bastian yang berkata bahwa ia telah having sex dengan Dara, bahkan menyuruh Dara memakai barang haram!

Pantas saja sebulan belakangan ini Dara bersikap aneh, tidak seperti biasanya Dayana kenal. Ternyata cowok ini penyebabnya!

“Anjing! Bukan manusia!" maki Dayana bersama amarah yang meluap-luap di kepalanya.

Tanpa menunggu lama, Dayana yang kala itu sabuk kuning pencak silat tidak berpikir lama untuk menghajar Bastian hingga babak belur. Dayana bukan bodoh, ia tahu sejak awal masuk ke dalam kamar ini, milik Bastian tanpa adanya Dara berarti ia tengah dijebak! Tapi Bastian salah orang jika membuat semua ini kepadanya, Dayana tidak sama seperti Dara yang hanya diam dan menurut saja apa kata pria itu! Ia tidak selemah itu untuk tetap bertahan dalam hubungan tidak sehat.

Setelah Dayana puas memukul Bastian hingga babak belur, ia langsung pulang ke rumah. Tentu Dayana tidak mengabarkan ini kepada Dara dan Maya karena memang tidak segampang itu untuk jujur. Apalagi mengenai Dara. Wanita itu tidak sanggup berkata jika ia telah mengetahui fakta tentang Dara dan pacarnya.

Namun Dayana juga lupa jika Bastian adalah lawan tanding yang tidak bisa ia remehkan dalam memanipulasi data. Membuat sebuah omong kosong sialan yang berdampak pada keretakan hubungan persahabatan mereka. Di mana Bastian berkata bahwa Dayana yang memperkosa pria itu, menyuruh ia untuk bercerita tentang hubungan sex mereka.

Lebih parah lagi, Dayana dituduh sebagai orang yang menyebarkan gosip—walaupun kenyataan yang ada seperti itu—jika Dara dan Bastian having sex, kemudian Dara hamil.

Semua pertengkaran terjadi. Dayana disalahkan oleh Maya. Ia tidak mendapatkan kepercayaan dari mereka karena semua bukti memang mengarah pada Dayana waktu itu. Ditambah Maya memang pernah memergoki Bastian yang sengaja menggoda Dayana terang-terangan, bukan cuma sekali, dan wajar jika Maya berpikir seperti itu.

Sebulan kemudian berlalu. Semua berjalan dengan sangat berat untuk Dayana. Semua orang mulai menjauh darinya, sahabat yang ia sayangi pun memilih untuk tidak pernah menganggap ia ada. Hingga malam itu, Dayana pergi menumui Dara, mencoba untuk menjelaskan semuanya—yang telah Dayana coba puluhan kali namun selalu ditolak—dengan harapan dan doa jika amarah sang sahabat sudah sedikit menyurut.

Dayana masuk ke rumah kos-kosan Dara—maklum Dara ini memilih tidak ikut dengan keluarganya untuk ke Jakarta karena ingin tetap bersama dengan Dayana dan Maya yang mana hubungan persahabatan mereka telah terikat sejak TK—karena saat itu Dara tak kunjung membuka pintu padahal sudah Dayana ketuk dan panggil namanya, takut terjadi sesuatu yang buruk, Ia masuk. Di rungan berpetak itu tidak Dara di sana.

Meneriaki nama sang sahabat berkali-kali, tidak ada juga jawaban. Akhirnya Dayana masuk ke dalam kamar Dara, masih juga tidak ada orang. Namun mata Dayana menemukan sesuatu yang mencuri perhatiannya, buku harian Dara yang berada di atas meja belajar dalam posisi terbuka.

Mendekati benda tersebut, Dayana terkejut bukan main setelah membaca kalimat terakhir yang ada di sana.

“Selamat tinggal dunia! Maafkan mama, nak. Kamu mama bunuh sama-sama mama. Biar kita bahagia, biar kamu nggak menderita. Jembatan Suramadu, hari ini, selamat tinggal.”

Meremas buku harian Dara kuat-kuat, Dayana tidak bisa membendung air mata yang menyeruak keluar. Memasukkan benda itu ke dalam tas, ia harus mengamankan buku Dara, akan tidak akan jika orang lain yang membawanya.

Detik itu juga Dayana berlari kencang keluar dari rumah kos Dara. Namun baru saja ia mencari tukang ojek pangkalan atau apapun yang bisa ia naik ke jembatan Suramadu tiba-tiba pesan masuk datang dari grup kelas mereka yang menyebarkan berita bahwa Dara Anastasia dinyatakan meninggal dunia setelah membuang diri dari jembatan Suramadu.

Jangan tanya bertapa hancur hati Dayana, dunia gadis berusia 17 tahun itu hancur berkeping-keping. Rasa bersalah, penuh dengan sesal tidak bisa ia bendung lagi. Di tengah malam itu, Dayana menangis, meraung-raung tanpa henti atas kepergian Dara bersama janin diperut untuk selamanya.

Dayana kembali disalahkan oleh keluarga Dara dan juga Maya. Tidak sanggup dengan semua beban itu. Dayana memilih pergi, ia pindah ke Jakarta dan mencoba hidup baru, tapi sayang sekali, Dayana salah, ia pikir dengan pergi dan menjauh ia akan baik-baik saja, ternyata tidak. Rasa bersalah terus menghantuinya, menyalakan diri karena tidak peka dengan Dara.

Setelah membaca habis buku harian Dara. Detik itu juga Dayana sadar bahwa selama bertahun-tahun bersahabat belum tentu ia mengenal baik Dara. Begitu banyak rahasia yang mereka tutupi, begitu banyak kebodohan yang mereka lakukan tanpa sadar menyakiti satu sama lain. Di akhir bagian-bagian catatan harian Dara pun, Dayana terkejut karena Dara tahu bahwa ia bukanlah perebut kekasihnya, juga bukan orang yang menyebarkan informasi itu di media sosial.

Di sana Dara menjelaskan kalau ia sebenarnya ingin memberitahukan semua kepada Dayana dan Maya, tapi Maya takut, ia belum siap dengan semua kenyataan ini, dan memilih untuk bunuh diri di jembatan Suramadu.

Sejak saat itu, sekeras apapun Dayana mencoba menjelaskan tetap saja Maya tidak mau mendengarnya, bahkan untuk menatap wajah saja sahabatnya itu enggan—kisah sebelum Dayana pergi ke Jakarta dan mencoba menyambung cerita yang penuh duka.

Di sisi lain, saat itu Dayana sedang menjalin hubungan yang belum masuk pada tahap pacaran, masih pdkt istilahnya bersama kakak Maya, Hamza. Kala itu Hamza berkuliah di sebuah institut teknologi yang terkenal di Surabaya pada jurusan Arsitektur. Namun Dayana memilih pergi, menghilang tanpa menjelaskan apapun pada Hamza.

Tentu saja Dayana patah hati. Ia sangat, teramat mencintai Hamza. Dayana harus menunggu bertahun-tahun supaya Hamza mau membuka hati dari mantan kekasihnya—yang juga merupakan tetangganya yang berteman sejak kecil.

Hamza adalah cinta pertama Dayana, pria yang mengajarkan bagaimana Dayana untuk sabar menunggu, mencintai dalam diam, bentuk cinta monyet. Semuanya ... Dayana berterima kasih untuk itu.

“Dayana?” Dayana menolehkan kepalanya pada sumber suara yang membuyarkan semua lamunan kisah lama yang selalu sakit untuk dikenang.

Sejak kapan Hamza ada di sebalah kamarnya ini? Bukan kah kamar pria itu berada di depan kamar Dayana dan Bella?

Mengigit bibir bawahnya, Dayana memilih untuk pergi dari sana, namun langkah pertamanya dibuat berhenti oleh si pemilik suara. “Jangan pergi. Sekali lagi jangan tinggalkan saya sendiri.”

Deg!

To be Continued

Our Second Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang