🛳️ | Bagian 13

474 55 1
                                    

🛳️ Bagian 13 🛳️

“Heh? Mas mau makan kepiting?” Seru Dayana cepat, matanya melebar ketika Hamza tanpa sengaja menyentuk seafood saus Padang ke mangkuk pria itu.

Tidak hanya itu, Dayana spontan menarik piring Hamza dari pria itu dan menukar dengan piringnya yang masih bersih. Tidak lupa semua itu ia lakukan dengan tatapan mendelik tajam ke arah Hamza.

Dayana masih ingat betul kalau Hamza alergi kepiting dan udang. Sedangkan di sini rata-rata isinya udang dan kepiting. Jadi, sekarang pria itu makan apa? Memangnya Hamza belum memberitahukan perihal ini ke tour leader atau ke bagian kapal ini agar menyediakan makanan lain untuknya?

“Kamu masih ingat?” tanya Hamza pelan, senyum kecil menghiasi wajahnya, dan Dayana bisa menebak rasa senang di balik tatapannya yang menghangat hati wanita itu.

Mendengkus kesal, Dayana menjawab. “Iya, emang harus banget aku lupa, Mas?” Yah, gimana mau lupa, aku, Mas kali tiap lihat seafood ingatnya kamu, lanjut Dayana dalam hati.

Hamza yang tertawa pelan sambil mengelus rambut Dayana. Entah pria itu sadar atau tidak dengan apa yang baru saja ia perbuat, Dayana tidak tahu, yang jelas jantung wanita itu seakan mau loncat, terjun bebas ke dasar laut sekarang juga.

Kini Dayana dan Hamza duduk lesehan berdampingan dengan para peserta open trip lainnya sambil mengelilingi meja kotak besar yang di atasnya telah dituangkan seafood saus Padang yang aromanya sangat menggoda pengumuman Dayana sejak tadi—maklum energi Dayana tadi terkuras habis setelah memanjat bukit.

“Huuu. Pasangan kita romantis banget, yah, guys?” celetuk David, yang mengerling pada Dayana dan Hamza. Refleks Dayana menundukkan kepalanya, tidak berani menoleh ke samping atau sekitar. Sialan. Di mana perginya Dayana yang pemberani? Dayana yang masa bodoh dan cuek bebek? Semua ini karena Hamza.

Seperti biasa, semua orang di sana berseru, menambah keriuhan di atas kapal yang sejak tadi terjadi, entah celetukan, cerita mereka tadi pas naik bukit atau kejadian aneh lainnya yang mampu mengocok perut juga menjadi kenangan yang tidak terlupakan. Sejak tadi Dayana hanya menyahut alakadarnya saja, sebab perhatiannya selalu saja tertuju pada Hamza.

Sejujurnya, Dayana takut membuat Hamza  berpikir aneh tentangnya, bisa dibilang Dayana memang sedikit menjaga image di depan pria itu. Yah, katakan saja Dayana ini munafik, karena ia pun kadang berpikir demikian. Maksudnya, ia sadar menolak Hamza, tapi di satu sisi ia berharap perjuangan pria itu tidak berhenti karena penolakan Dayana.

“Dayana?” panggil Hamza seraya menyentuh tangan Dayana, menarik wanita cantik itu dari lamunannya. Akhir-akhir ini Dayana memang sering terbuai oleh dunianya sendiri hingga mengabaikan sekitar.

Membasahi bibirnya, Dayana menggaruk tangan yang tidak gatal karena salah tingkah. “Gimana, Mas?”

“Nggak, cuma panggil aja, nggak lucu kalau ada yang kesurupan di atas kapal karena melamun,” jawab Hamza, pria itu kembali fokus pada piringannya yang ternyata sudah terisi dengan ayam goreng yang sepertinya dicampur dengan saus Padang dari bumbu seafood ini.

Mengedarkan padangannya, Dayana sampai melupakan Bella. Bella tadi pusing, tidak kuat berjalan di bawah panas terik terlalu lama. Entah karena fisik wanita itu yang lemah atau ada penyakit bawaan, kini sepertinya Bella ada dalam kamar. Sedangkan Keenan tadi hanya beberapa saat bergabung di sini, itu pun untuk mengambil makanannya dan Bella, dan entah kemana.

Pasangan muda itu sangat misterius bagi Dayana pahami. Ya sudahlah, semoga saja hubungan mereka bertambah baik.

🛳️🛳️🛳️

Our Second Chance ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang