🥀||•1. Jodoh Ketentuan Takdir

402 45 5
                                    

"Takdir yang memilih, karena hanya kamu yang sanggup."

Hai Mochi!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai Mochi!!!

Kalian pembaca dari jalur mana?
.

Vote and Coment yah Mochi
.
Ikuti ceritanya dan terbawah dalam alur dimensinya
........................

Arsiran pencil diatas kertas terus saja berlanjut membuat garis hingga membentuk beberapa pola baju pada desain gaun pengantin muslimah.

Bibir yang sedikit pucat itu tertarik kesamping menciptakan senyuman manis melihat hasil karyanya.

"Alhamdulilah, akhirnya selesa juga!" Sedikit merentangkan kedua tangan yang terasa kaku begitupun dengan tengkuk leher yang diberi pijatan lembut.

Dari arah belakang seorang wanita parubaya datang menggantikan jemari putrinya untuk memberi pijatan pada tengkuk dan kedua bahu putrinya yang kelelahan.

"Nayra ... Lain kali jangan begadang, ya sayang!" Pesan sang ibu.

Perempuan yang dipanggil Nayra itu menoleh kearah sisi nakas, sebuah jam weker berbentuk apel telah menunjukkan pukul 22.37 ia menolehkan kepalanya menatap sang ibu yang berada tepat dibelakangnya, hanya cengiran sebagai jawaban sebelum berkata maaf.

"Afwan Umi, terlalu keasikan tadi,"

Perempuan parubaya yang dipanggil dengan sebutan Umi itu, hanya bisa menghela napas pelan. Jika putrinya sudah bertaut dengan tugas-tugas kuliah sudah dipastikan hal-hal seperti ini terjadi.

"Belum makan juga'kan?"

"Udah kok Umi," Nayra berucap, kemudian melepaskan jemari sang ibu dari pundaknya. "Syukron Umi, alhamdulilah tengkuk leher Nayra untuk agak mendingan."

"Nayra,"

"Iya Umi," Sahut Nayra tersenyum menimpali panggilan Winda ibunya.

"Ada yang ingin Umi tanyakan!" Tanya Winda dengan gelisah.

Nayra bangkit berdiri membawa Winda agar duduk di atas kasur kecilnya.

"Umi kalau mau tanyak sesuatu sama Nayra nggak usah minta izin," Winda tersenyum menimpali, "Umi mau tanya apa sama Nay," perempuan muda itu sedikit menyamping agar sepenuhnya menatap wajah teduh ibunya.

"Kamu sudah umur berapa," Walaupun kedua alisnya menukik, Nayra tetap menjawab.

"19 tahun, kenapa ya Umi?

"Menikah!" gumam Winda pelan nyaris berbisik, namun Nayra masih mendengar kata apa yang di ucapkan oleh ibunya.

"Sebenarnya kalau Umi tanya kesiapan Nayra, maka Nay akan menjawab belum siap. Pernikahan bukanlah hal mudah, Umi. Nayra belum bisa membahagiakan umi, Nayra ingin jadi desainer terkenal agar bisa membahagiakan Umi!"

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang