🥀||• 06 Perjanjian Sepihak

97 37 2
                                    

Kamu terlalu memaksakan kehendak hatiku, yang mana aku saja tidak sanggup.

_Jennayra Elmedina_

_Jennayra Elmedina_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

Nayra memperbaiki posisi duduknya lebih menghadap ke arah laki-laki dewasa yang sudah menjadi pendamping halalnya. "Aku serius dengan pernikahan ini kak. Perjanjian seperti ini hanyalah permainan diatas pernikahan sakral. Bertemunya seorang laki-laki dan perempuan dalam ikatan suci bukan candaan belaka yang seharusnya pernikahan ini dibangun menuju pernikahan sakinah mawadah warahmah."

Afkar tertawa kecil mendengar penuturan istri kecilnya yang lebih tepatnya seorang perempuan tidak diinginkannya yang kini beralih peran sebagai penceramah. "Lain hal dengan saya, yang sama sekali tidak mengharapkan pernikahan ini!"

"Pernikahan bukan suatu hal yang dianggap bercanda, kak." Ulang Nayra berusaha menahan lelehan air mata  dengan suara isak tertahan.

Afkar memalingkan wajahnya suatu hal yang ia benci melihat perempuan menangis. Namun sekarang ia begitu senang mendengar perempuan bernama Nayra ini menangis karenanya. Ada senyum kemenangan terukir di bibirnya.

"Apa kak Afkair tidak terpikir bagaimana rasanya diposisku?"

"Berusaha menerima kenyataan diluar kendaliku. Apa kak Afkair tidak bisa belajar menerimaku.  Aku tidak menuntut untuk dicintai karena aku tahu perasaan tidak bisa dipaksakan. Setidaknya terima kehadiranku aku tidak meminta lebih."

Afkar memiringkan kepalanya dengan senyuman yang nyatanya begitu menyeramkan. "Saya bukan dirimu ...!"

"Dan saya tidak peduli."

Afkar mengambil jasnya di sandaran kursi kemudian menyampirkannya di bahu.

"Aku tidak mau menuruti permainan kak Afkair." Putus Nayra mutlak juga ikut berdiri.

Bibir laki-laki itu tertarik ke samping menciptakan senyum smirk. "Kamu tidak bisa menolaknya. kamu sudah masuk dalam permainan saya. Untuk endingnya, hanya saya yang tahu!"

"A-ku."

"Tidak sanggup? Silahkan tentukan tanggal perceraianya! Saya akan bantu,"

"Jangan mempersulit diri sendiri." Tambahnya lagi.

Afkar melangkah pergi menaiki undakan tangga tanpa perasaan. Sedangkan dibelakangnya Nayra merosot ke bawah lantai memeluk lutut membenamkan wajahnya berupaya meredam Isak tangis yang akan terdengar semakin memiluhkan.

"Tidakkah Umi melihat kebahagiaan dari kedua bola mata Nayra, Umi?" Winda memandangi mata teduh milik putrinya, ada kebahagiaan tersirat disana.

"Kamu bahagia sayang?" Nayra mengangguk tersenyum di hari pernikahannya.

"Kak Afkar adalah seorang yang Nayra kagumi, Umi!".

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang