🥀23||• Afkar dan Revan

105 19 0
                                    

Untuk mendapatkan apa yang kamu cintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk mendapatkan apa yang kamu cintai. Terkadang harus berpasrah dengan apa yang kamu benci.

.
.
.

"J-jangan seperti ini." Pinta Nayra suaranya tercekak. Sekedar bernapas rasanya begitu sakit.

Tatapan mereka saling mengunci satu sama lain. Melihat tatapan mata Nayra yang begitu menyakitkan merenyuhkan Afkar dalam lamunan.

Isak tangisnya terdengar kembali. " ... A, a-ku takut." Ujar Nayra terbata-bata mengungkapkan ketidakberdayaan dirinya.

Afkar mengangkat tangan kanannya tanpa memutus kontak matanya dengan Nayra. Saat tangan kekar laki-laki itu terayun, seketika Nayra memalingkan wajahnya sembari menutup mata, takut. Kepalan tangan Afkar melesat meninju dinding disamping kepala Nayra. Setelahnya Afkar ambruk ke lantai tidak sadarkan diri.

Satu helaan napas lega,  bersama dengan Nayra yang juga ambruk ke lantai. Tatapan matanya kosong menyorot penuh luka. Tubuhnya masih gemetaran walau tidak sehebat tadi. Napasnya tersendat nyaris habis. Kejadian malam ini membangkitkan sesuatu yang lama terpendam. Mencoba bangkit, menyeret kakinya yang penuh darah dengan beling yang masih tertancap. Melangkah menuju kamar meninggalkan Afkar seorang diri tergeletak di atas lantai yang begitu dingin.

Sesampainya di kamar, sebuah gunting didalam wadah pensil menjadi objek perhatiannya. Dimata orang lain itu hanyalah gunting namun bagi Nayra itu adalah mainan.

..•🌾🌾•..

Lenguhan panjang seseorang dengan suara berat. Matanya terpejam beberapa saat menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya matahari menyorot masuk dari jendela dan pentilasi.

Belum usai kebingungan karena mendapati dirinya tertidur di lantai. Kini dibuat bingung dengan ceceran darah dimana-mana.

"Apa yang terjadi?"

Afkar bangkit dari duduknya. Seketika pusing menderanya akibat mabuk. Memiliki mengabaikan, rasa perasaannya lebih besar tentang apa yang terjadi semalam. Afkar berjalan tertatih sesekali memijat pelipisnya untuk mengurangi sakit kepalanya.

Pecahan beling botol alkohol berserakan di dapur dengan darah yang membentuk tarikan mengarah ke ruang tamu terus ke lantai dua. Afkar memaksa otaknya berfikir keras. Seingatnya ia mabuk berat kebiasaannya saat tengah banyak pikiran, masih abu-abu sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dalam benaknya.

Afkar berhenti didepan kamar Nayra. Tetesan darah berakhir di depan pintu jati bercat putih tersebut. Afkar menghalau apa yang sekarang yang ada dipikirannya. Sebelum rekaman CCTV memperkuak penyesalannya. Afkar tertegun dalam rasa bersalah. Tidak, tidak mungkin ia berbuat sejauh itu.

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang