🥀12||• Pertemuan Tak Terduga

87 30 1
                                    

Jangan lupa vote dan coment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
Jangan lupa vote dan coment
.

Dua hari berlalu melepaskan rasa jenuh dalam menghirup udara segar tak lagi dengan ruangan bernuansa putih penuh bau obat-obatan.

Dan disinilah mereka berada dalam satu mobil melaju keluar dari pekarangan rumah sakit. Tidak ada yang memulai pembicaraan sedangkan Nayra merasa tercekak barang mengeluarkan suara sedikitpun takut menggangu konsentrasi lelaki disampingnya yang pokus menyetir dengan sebelah tangan kiri meletakkan ponsel ke telinga kiri.

Nayra menolehkan wajahnya ke samping kaca memperhatikan sekitar jalanan sedikit mengurangi rasa jenuh dalam kondisi suara Afkar dengan si penelpon yang lebih mendominasi. Ia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan mereka yang tak jauh-jauh dari persoalan perusahaan.

Ingatannya kembali mengingatkan bagaimana dua hari lalu, sebenarnya tidak ada yang istimewa bagi orang lain karena Afkar mau satu ruangan bersamanya, Jika Afkar pulang kerja maka dia akan langsung ke rumah sakit membawa laptop dan mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai di kantor namun baginya itu adalah kebahagiaan sendiri bisa memandangi wajah yang tengah serius tidak sedikitpun mengurangi kadar ketampanannya. Walau tidak sekalipun mengajaknya berbicara kecuali Nayra yang memulai pembicaraan. Dan itu tak masalah.

"Kak Afkair, boleh singgah sebentar ke supermarket." Pinta Nayra kala Afkar mengakhiri sambungan teleponnya. Tidak ada jawaban melainkan hembusan napas kasar walau demikian pria itu tetap menuruti permintaan perempuan yang ada disampingnya.

Nayra melepas setbeal menarik tuas pintu bermaksud menurunkan kakinya ke tanah tapi ia tarik kembali menghadap ke arah Afkar.

Lain halnya Afkar, tengah menukikkan alisnya heran melihat Nayra tampak ingin menyampaikan sesuatu namun dihalangi oleh keraguan.

"Kita pulang saja kak." Gumam Nayra menutup kembali pintu menundukkan kepalanya. Sungguh mahkluk keturunan nabi Adam terlampau minim dalam persoalan kepekaan.

"Kenapa?" Tanya Afkar datar. Dalam hatinya begitu penasaran kenapa perempuan itu membatalkan keinginannya. Ia terlupa salah satu sisi dari sifat perempuan yang terlalu plin plan. Itulah kenapa Afkar begitu pantang jika Tania mengajaknya berbelanja, diberi pilihan mengenai baju warna merah atau hijau, jika memilih warna hijau pasti Tania akan komentar dan jadilah ibunya itu memilih warna dengan pilihannya sendiri.

"Baiklah, saya juga ada pekerjaan setelah ini." Afkar menghidupkan mesin menginjak pedal gas.

"Kak."

Duk

Nayra meringis karena jidatnya terbentur pada dashboard mobil lantaran laki-laki disampingnya mengerem mendadak. "Kenapa berhenti tiba-tiba, kak." Protesnya mengusap keningnya yang terasa nyeri.

Afkar mengembangkan pipinya lalu menghembuskan napas gusar. "Kamu yang teriak." Katanya datar mencoba menyakinkan bahwa perempuan itu yang salah.

"Aku tidak teriak." Belanya.

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang