🥀16||• Ruang Hampa

84 25 4
                                    

Tatapan Afkar mengindai mobil disampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan Afkar mengindai mobil disampingnya. Seorang laki-laki paru baya terlihat baru saja keluar dari dalam mobil tersebut.

"Nayra mana?" Seperti inilah kepribadian seorang Afkar. Sangat tidak suka berbasa-basi terkecuali kepada yang begitu berarti buatnya.

Laki-laki paru baya itu terlonjak kaget sembari mengelus dada. "Ada agenda keorganisasian kata non Nayra tadi. Baru saja saya antar, den."

"Lagi?" Tanyanya mengerutkan keningnya.

Pasalnya kegiatan itu sudah dua hari berturut-turut. Terkadang selepas kuliah dia dan satu organisasinya memulai mengumpulkan dana seperti biasanya, jika sore tiba Nayra hanya akan sekedar pulang memasak makanan untuk Afkar dan kembali lagi hingga larut malam.

Di makan atau tidak setidaknya Nayra sudah berusaha. Namun, di atas meja makan kini tidak dijumpai sepiring makanan apapun. Ah! Kenapa dia malah mulai bergantung dengan perempuan ninja itu.

Afkar berdecak kesal, merai ponsel dari saku menggulir layar mencari kontak seseorang di daftar kontak WhatsApp. Setelah menemukan nomor yang dicarinya, dia tidak langsung menekan kontak dengan tulisan dibawahnya 'Anda telah memblokir nomor telepon ini'.

Afkar membanting ponselnya ke kasur meraup wajahnya gusar. Tak berselang lama benda gepeng tersebut berdering menandakan notifikasi khusus dari seseorang.

"Hal-lo"

"Nayra mana, Afkar?"

Serobot si penelpon di sebrang sana membuat Afkar memutar bola matanya malas. Semenjak pernikahan mereka, Tania lebih mengedepankan Nayra daripada dirinya.

"Acaranya udah mau mulai. Mama udah nggak sabar ketemu sama mantu kesayangan Mama."

Pria itu melangkah menuju jendela kamarnya, pusing akan ocehan Tania bahkan berakhir kena omelan mamanya karena keterlambatan mereka, apalagi jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Tatapan matanya berubah menajam melihat perempuan yang tengah ditunggunya dintar seorang laki-laki yang sama dua hari lalu.

"Afkar kenapa diam. Jangan bilang kalian bel-"

"Afkar tutup dulu."

"Afkar Mama belum sele-"

Tut

Smirk penuh arti dan tatapan tajam membingkai sebuah seringaian diwajah tampannya. Tak mengindahkan sumpah sarapa mamahnya karena mengakhiri sepihak.

"Huh! Mencoba bermain-main dengan saya!"

"Penyesalan ujungnya."

..•🌾🌾•..

Dalam pekatnya malam disinari cahaya lampu penerang jalan sebuah mobil berhenti di depan gerbang yang menjulang tinggi. Nayra mengucapkan terimakasih kepada Camelia dan Reygal yang sudah berbaik hati mengantarnya. Sebenarnya dia sudah menolak ajakan Reygal tetapi pria itu kekuh mengantarnya padahal lelaki itu tengah sibuk, juga Camelia yang membujuknya sampai Nayra mengangguk mengiyakan.

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang