🥀28||• Takut Terluka

123 8 5
                                    

Aku hanya takut, setelah menikah aku tidak lagi menemukan senyumku.

.
.
.

Cuaca cerah langit biru dan semilir angin berhembus menerpa dedaunan namun tidak secerah kondisi hati Nayra saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuaca cerah langit biru dan semilir angin berhembus menerpa dedaunan namun tidak secerah kondisi hati Nayra saat ini. Dipandanginya dua hewan berbulu yang sudah ia sematkan nama Mola dan Milo yang tengah asyik menikmati Wishkas.

"Makan yang banyak yah." Kedua kucing kampung itu hanya mengeong. Terlihat mereka kelaparan, lagi dan lagi Nayra menghela napas panjang menghawatirkan kedua kucing peliharaannya yang tidak terawat. Nayra iba, tapi dia tidak bisa berbuat banyak mengingat hubungannya dengan Afkar semakin renggang.

Ingatannya menerawang saat usai bertengkar dengan Afkar, tiga murid SMA sibuk ngerumpih di halte saat Nayra datang dengan mata sembab.

"Tipe suami idaman kalian kek mana?"

"Yang pasti tampan, humoris dan banyak uang. Berpikir realistis perempuan kebutuhannya banyak"

"Yang bertanggungjawab sih kalo gue. Apa untungnya coba ganteng tapi nggak bisa perhatian ke Kita. Lo gimana, Gita?"

Nayra yang berada diujung bangku hanya tersenyum pongah dibalik cadarnya. Pernikahan itu saling melengkapi bukan jalan masing-masing seperti pernikahannya, sungguh miris bukan. Tidak ada laki-laki yang sempurna hanya saja perempuanlah yang terlalu memaksakan pria dengan segala kesempurnaan. Kuncinya, perempuan beruntung dipertemukan dengan laki-laki yang tepat bukan memaksakan kriteria laki-laki sejati yang ingin jadi pasangan kita.

Gadis berseragam abu-abu bernama Gita itu, menerawang jauh kedepannya. "Kita nggak ada yang tahu masa depan."

Nayra yang awalnya acuh, mulai tertarik dengan arah pembicaraan siswi SMA disampingnya.

"Gue hanya takut, setelah menikah gue nggak lagi menemukan senyumku."

Bagaimana dengan Nayra sekarang. Sudahkah ia bebas tersenyum? Tiga bulan berlalu yang ada dipikirannya bertahan terus bertahan sampai ia lupa batas mampunya. Memang pernikahan seperti apa yang diharapkan ketiga siswi SMA tadi. Nayra lupa satu hal, versi bahagia setiap orang berbeda-beda. Nayra terlalu berfokus pada luka batinnya membuatnya menyamaratakan dengan spekulatif tidak ada pernikahan yang sempurna.

"Sekarang gue nggak heran Reygal bisa semencintai itu ke lo."

Nayra memalingkan wajah ke sumber suara, seorang senior di kampusnya. Nayra tidak asing dengan wajah pemuda itu yang masih duduk enteng diatas motor besarnya. Dua tiga kali ia pernah menjumpainya di fakultas teknik walau tidak pernah bertegur sapa.

"Haha, akui saja gue memang tampan."

Nayra meringis sambil merutuk padahal ia sama sekali tidak memuji ketampanan laki-laki itu, Nayra memang akui dia cowok dengan aura pesonanya mampu membuat kaum hawa menatapnya penuh tatapan memuji. Namun di mata Nayra, Afkar lebih unggul dari semua laki-laki yang pernah ia temui terkecuali abinya.

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang