🥀 ||•3. Sembilu dan Cinta

121 42 4
                                    

"ketika akad  bergema, saat itulah hanya air mata yang berbicara."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa untuk vote dan coment
..............


Pernikahan mungkin adalah hal yang pasti ditunggu-tunggu oleh dua pasangan saling mencintai. Lain halnya dengan pernikahan yang diselenggarakan karena ikatan perjodohan.

Lima hari setelah lamaran, kini telah sampai pada hari pernikahan yang bagi Afkar tidak seharusnya terjadi. Sesuai perjanjian Afkar pada Brian yang hanya ingin melangsungkan pernikahan sederhana dengan keluarga kecil  tanpa awak media yang meliput.

Tepat didepannya seorang penghulu dan wali nikah dari pihak pengantin perempuan. Disampingnya ada Haris dan Tania memberinya senyum penyemangat yang nyatanya adalah senyuman keterpurukan bagi Afkar.

"Bisa dimulai?" Tanya penghulu, namun Afkar sedikit meminta waktu karena ponselnya bergetar menandakan notifikasi khusus dari seseorang perempuan.
_____________
||My Dear||

Sayang, kamu dimana?

Udah lima hari loh, nggak pernah kasih kabar.

Sayang, kamu baik-baik saja'kan?

Jangan di read doang

Afkar mengusap wajahnya frustasi. Jika ditanya bagaimana kerinduannya
dengan perempuan itu, maka ia akan menjawab sangat dan sangat merindukan sosok wanitanya.

||You||
Sorry honey,

Setelah pekerjaanku selesai, aku akan mengajakmu kemanapun kamu mau, honey
____________

"Afkar, lagi apa sih?" Tegur Tania pelan penuh penekanan, pasalnya semua tamu undangan mulai berbisik-bisik lantaran pengantin pria  mengulur waktunya bermain ponsel.

"Masalah kantor ma." Jawab Afkar asal, "Sebentar!" Pintanya kembali membalas pesan.

"Ini hari pernikahan kamu, jangan membuat tamu undangan menunggu. Apalagi membuat keluarga Meliano malu," Peringat Brian langsung dilaksanakan oleh Afkar. Jika tidak disegerakan, masa depan perusahaannya menjadi taruhannya.

Penghulu mulai menjabat tangan Afkar setelah ia mengucapkan kesiapan.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau,
Afkair Rafaza Meliano bin Brian Meliano dengan Jennayra Elmedina binti Abdurrahman, dengan maskawin berupa cincin berlian dan seperangkat alat sholat dibayar tunai ...,"

Afkar tidak langsung menjawab, bukan karena lupa melainkan karena kesengajaan. Kedua bibirnya terkatup rapat masih berjabat tangan dengan penghulu. Sungguh, bukan pernikahan seperti ini yang diinginkannya, ia memejamkan mata sejenak diakhir hembusan napasnya Afkar kembali membuka kelopak mata. Walaupun dengan berat hati, ia tetap mengucapkan kalimat yang akan merubah statusnya.

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang