🥀 07|• Tidak Akan Peduli

101 34 2
                                    

Di kediaman keluarga Meliano serumpun keluarga berbasa-basi menikmati jamuan makan malam dengan berbagai menu disajikan di atas meja prasmanan hasil tangan chef handal yang telah dibayar mahal agar menyajikan menu terbaiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kediaman keluarga Meliano serumpun keluarga berbasa-basi menikmati jamuan makan malam dengan berbagai menu disajikan di atas meja prasmanan hasil tangan chef handal yang telah dibayar mahal agar menyajikan menu terbaiknya.

Banyak juga ibu sosialidaritas teman warisan Tania, berkumpul bergosip ria, memamerkan perhiasan-perhiasan dengan harga fantastis bertujuan pujian. Di tepi kolam renang berdiri Brian dengan teman relasi pebisnis dan beberapa teman dokter, pembahasan yang tidak jauh dari persoalan bisnis. Banyak juga anak-anak remaja sibuk dengan persoalan media sosial.

Taman yang di penuhi bunga-bunga malam ini disulap menjadi lebih bernuansa indah dengan lampu kerlap-kerlip menghiasi membuat siapapun akan berdecak kagum. Semilir angin malam juga menambah suasana nyaman membuat siapapun akan betah berlama-lama begitupun dengan sosok perempuan mengenakan himar berwarna hijau  army senada dengan gamis balutan cadar krem.

Tatapan mata mengarah kepada perempuan itu.

Apa ada yang salah?

Benak berkata sembari memperhatikan pakaian dikenakannya. Ah! Dia terlupa, kerap kejadian seperti ini sering terjadi. Tampak aneh menurut sebagian orang padahal menutup aurat merupakan kewajiban.

"Assalamualaikum, Ma."

Sapa perempuan itu mengambil punggung tangan Tania, menyalimnya. Tania menjawab salam dengan senyum melekat manis. Menuntun untuk berbaur, memperkenalkan bahwa dia merupakan menantu keluarga Meliano. Tetapi tak banyak dari mereka menerima itu. Terdengar bisik-bisik kurang mengenakkan, 'dia hanya dari keluarga sederhana'  Begitulah, namun semua ia hadapi dengan senyuman.

"Tapi asal kalian tahu, Nayra adalah menantu di keluarga Meliano yang paling saya sayangi. Dia perempuan yang sangat baik." Terguncang hati menerima sanjungan berujung pembelaan diri Tania.

Brian juga ikut berdiri di samping Nayra. "Nayra bukan sekedar menantu. Dia sudah kami anggap putri kami sendiri."

Selepas berkenalan Tania membawa Nayra duduk, setelahnya berpamitan menyambut tamu yang baru datang. Nayra pun tak bisa menahan Tania menemaninya, selain memilih duduk menikmati makanan yang sudah tersaji. Lebih baik terdiam, ia merasa asing dengan dirinya diramaikan seperti ini.

"Hai kakak ipar!" Nayra menaikkan tatapannya di sebrang meja sana hadir dua saudara kembar seiras namun berkepribadian berbeda.

"Assalamualaikum," Pesan Nayra melalui nada suaranya.

"Ah iya! Wa'alikumussalam kakak ipar." Cengir Alvan menimbulkan tarikan bibir membingkai senyum ceria yang tak pernah luput tidak seperti saudara kembarnya Altaf dengan tatapan tajam nan wajah datar seperti kakak pertamanya.

Mengingat itu, Nayra teringat akan keberadaan Afkar, dimana dia? Kemana dia? Apa masih marah? Nayra hanya berusaha mempertahankan hubungan agar tidak gagal menuju mahligai rumah tangga. Nayra rasa ketidaksetujuannya merupakan pilihan terbaik. Pernikahan bukanlah ajang bersendagurau belaka.

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang