🥀||• 4. Penantian Panjang

108 40 2
                                    

Jangan terlalu memaksakan diri hanya untuk menyenangkan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan terlalu memaksakan diri hanya untuk menyenangkan orang lain.

.
.
.
Jangan lupa vote dan comentnya
.

Bunyi ayam jantan berkokok membangunkan seorang perempuan dari tidurnya.

Mengedip-ngedipkan mata sebanyak tiga kali untuk menyesuaikan retina dengan cahaya lampu yang segajah dihidupkan.

"Kak Afkair nggak pulang lagi?" Tanyanya pada diri sendiri.

Nayra mendudukkan tubuhnya dari pembaringan, seluruh tubuhnya terasa kaku akibat tertidur di sofa dua malam berturut-turut.

Jam menunjukkan pukul 03.57 masih ada waktu untuk solat tahajud, Nayra melangkah menyegerah mengambil air wudhu kemudian melaksanakan shalat yang begitu banyak keutamaannya.

Selepas shalat subuh dan bertadarrus Al-Qur'an, Annayra keluar dari dalam kamar menuju dapur. Di sana Bi Rumi sudah berkutat dengan alat-alat dapur sehingga tidak menyadari kedatangan Nayra.

"Mau Nayra bantu apa, Bi?" Terlihat wanita itu terlonjak kaget sembari mengelus dadanya pelan.

"Maaf Bi Rumi, Nayra ngak bermaksud mengejutkan Bibi!" Sesal Nayra.

"İya nggak apa-apa atuh, Non Nayra ngak usah bantu."

"Eh, nggak pa-pa. Supanya lebih cepat selesai." Tutur Nayra mengambil alih pisau dari genggaman tangan Rumi dan talenan, memotong daun bawang.

Bi Rumi hanya membiarkan saja. Toh, jika dilarang majikannya pun tidak akan mengubbris ucapannya.

"Ngak datang lagi ya, Den Afkarnya?" Tanya Bi Rumi disela-sela kegiatan mereka.

Nayra mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari sayur-sayuran yang ia cuci. Lebih tepatnya tidak ingin jika wanita parubaya disampingnya melihat kedua bola matanya berkaca-kaca hendak menangis.

"Kak Afkair suka makanan apa Bi?"

"Den Afkar itu sangat pemilih, Bibi juga kurang tau makanan kesukaan Den Afkar apa, Non. Saking pemilihnya dia bahkan tidak akan menyentuh makanan yang tidak sesuai seleranya, dan lebih memilih memasak sendiri. Tapi jika jadwal kantor Den Afkar terlalu padat, biasanya bibi disuruh buat kopi sama sandwich, Non."

Nayra mengangguk-angguk mengerti, mungkin ia akan mencoba membuatkannya untuk Afkar, Winda pernah bilang sandwich buatannya sangat enak. Hanya membayangkan saja Nayra sudah tersenyum bahagia.

"Ada yang ingin Bibi bicarakan," Nayra mengeringkan kedua tangannya sebelum menghadap ke arah wanita parubaya itu.

Sikap Bi Rumi sama halnya dengan Winda, ingin menyampaikan sesuatu harus meminta izin terlebih dahulu kepadanya, malah dengan sikap itu membuat Nayra semakin rindu dengan sosok Uminya.

Nayra menaikkan sebelah alisnya menunggu ucapan Rumi selanjutnya.
"Tadi, sekertaris Den Afkar nelpon,"

Walaupun Nayra merasa ambigu dengan penuturan Rumi, perempuan itu tetap menunggu Rumi menyelesaikan ucapannya.

Lentera Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang