33. I Love You

2.4K 430 41
                                    

Broken Down sudah update di Karyakarsa bab:

34. Welcome Back

35. I Miss You

36. Suapan

Link ada di wall ya

Thank you ♡

33. I Love You

Suara ledakan, aroma darah, klakson bersahut-sahutan serta teriakan dan tangis terngiang di telinga. Mata itu terbuka lebar, nyalang menatap langit-langit dan cahaya lampu yang menyilaukan. Dadanya naik turun, sesak mendera. Pelipisnya bercucuran keringat. Ketakutan mencengkeramnya kuat-kuat.

"Elang?"

Elang menolehkan kepala, dengan leher yang terasa kaku. Ada Bunda yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu sudah sadar, Nak. Alhamdulillah." Bunda mendekat, mengusap pipi Elang dengan lembut. "Bunda panggil Dokter dulu."

Namun Elang lebih dulu menahan lengan Bunda. "Lusi?"

Bunda justru terdiam cukup lama, membuat Elang makin dilanda kekhawatiran.

"Bun, Lusi mana?"

Bunda membalas genggaman tangannya. "Lusi sedang di ruang operasi, Sayang.

Mata Elang membelalak. "Operasi?"

Bunda mengangguk, raut sendu terlihat sekali di wajahnya. "Bayinya harus dikeluarkan."

Detak jantung Elang makin melonjak. Secepat ia bangkit dari posisi berbaring, secepat itu pula Elang mengerang. Rasa pening mendera kepalanya. Juga kaki dan bahu kanannya nyeri sekali. Ketika meraba, ternyata ketiga bagian itu telah terpasangi perban.

"Nak, jangan bangun dulu." Bunda menahannya.

Elang menggeleng. "Aku harus lihat Lusi, Bun."

"Tapi kondisi kamu-"

"Aku harus lihat Lusi, Bunda!" teriak Elang, sebelum ia menatap Bunda penuh permohonan. "Tolong, aku harus tungguin di sana. Aku harus lihat Lusi. Aku harus pastiin dia baik-baik aja."

Bunda menghela napas sambil menghapus air mata. "Bunda tanya Dokter dulu. Jangan keluar sendiri. Tunggu."

Setelah keluarnya Bunda, Elang meremas rambut kuat-kuat dengan tangan kiri. Teringat kejadian tadi membuatnya takut setengah mati. Juga menyesal, karena untuk ke sekian kalinya kembali gagal menjaga Lusi. Kejadian tadi begitu mengerikan. Bagaimana dengan Lusi? Bagaimana dengan bayi mereka? Elang tidak bisa diam di sini sementara dua sosok kesayangannya entah bagaimana keadaannya.

Tanpa pikir panjang ia bergerak pelan untuk turun. Mengerang karena sakit yang amat sangat. Kakinya terasa seperti (atau memang sudah) patah, dan itu sangat sulit ia gerakkan barang seinci. Namun Elang berusaha mengabaikan rasa sakit itu. Keringat bercucuran di pelipisnya. Bibirnya digigit kuat sebagai pengalihan menahan sakit. Namun saat ia benar-benar sampai tepi ranjang,

"Argh!" Elang spontan mengerang keras sekali.

Tubuhnya yang kini sudah tergeletak jatuh di lantai, terasa remuk. Ia ingin mengumpat karena merasa begitu lemah.

"Elang!"

Bunda tiba-tiba datang, diikuti seorang dokter dan perawat. Mereka segera membantunya pindah kembali ke atas ranjang.

"Bunda sudah bilang, tunggu. Kenapa kamu nggak sabar?" Bunda sampai menangis saat mengatakan itu.

"Maaf." Hanya itu yang bisa Elang ucapkan.

Broken Down (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang