37. Sebelah Mata

2K 353 23
                                    

37. Sebelah Mata

Jika Elang bilang Lala itu jauh lebih pengertian dibanding anak-anak seusianya, Lusi akan membenarkan. Lala memang memiliki pola pikir dewasa yang terselip di antara keceriaannya sebagai kanak-kanak. Contohnya saja, tentang ayah dan bundanya yang tidak bisa tidur di kamar yang sama. Setelah Lusi menjelaskan dengan cara sesederhana mungkin, Lala langsung paham dan tidak lagi bertanya.

Namun selayaknya gadis berumur lima tahun, Lala jelas punya sisi manja. Dan sejak Elang pulang sebulanan ini, kemanjaan Lala makin keluar. Seperti kepercayaan bahwa anak perempuan akan lebih dekat dengan sang ayah, itulah yang terjadi. Sekarang Lala benar-benar dekat dan makin menempeli Elang. Bersikap manja dan tidak pernah mau ditinggal, padahal Elang sudah mulai harus bekerja menggantikan Ayah memimpin pabrik.

Ketidakmauan Lala ditinggal Elang, kadang membuat Lusi serba salah. Karena bagaimanapun ia dan Elang sudah bukan suami istri. Terasa canggung untuk tetap seatap meski tidak tidur sekamar. Hanya saja, ia tetap harus memahami perasaan putri mereka.

A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us, "No"
Or where to go
Or say we're only dreaming

Lusi tersenyum kecil, memandangi Lala yang bernyanyi di kursi penumpang belakang dengan ekspresi bahagia. Pagi ini kemanjaan Lala yang lain muncul. Gadis cilik itu ingin diantar ke sekolah lengkap oleh ayah dan bundanya. Tentu saja Lusi dan Elang mengiyakan. Lusi tahu persis, itu adalah keinginan Lala yang terpendam sejak awal masuk TK.

A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear
That now I'm in a whole new world with you

Tatapan Lusi beralih ke sebelahnya, di mana ada Elang yang sedang mengemudi dan mengiringi nyanyian Lala. Kalau ada yang bilang waktu mengubah segalanya, mungkin ada benarnya. Lihatlah Elang yang sekarang. Laki-laki itu juga berubah. Tidak lagi dingin dan memasang wajah serius. Dulu, boro-boro bernyanyi, bicara saja seadanya. Berbeda sekali dengan saat ini yang gampang tertawa, melempar candaan, bahkan menyanyikan lagu anak-anak.

"Bunda senyum-senyum!"

Mendengar celetukan Lala, Lusi menoleh. Ia mengulum senyum. "Lagunya bagus. Bunda suka."

"Iya, bagus, Bunda. Lala juga suka." Lala menyengir. "Ayah juga suka?"

Elang menoleh dan tersenyum lebar. "Ayah suka semua yang Lala suka."

"Kalau yang Lala sayang, Ayah sayang juga?"

"Iya, dong."

"Lala sayang Bunda, berarti Ayah juga sayang Bunda?"

Mendengar pertanyaan polos Lala, Lusi tercenung. Spontan ia melirik Elang yang juga tengah menatapnya.

"Iya, Ayah?"

"O-oh." Elang kelihatan tergeragap. "Iya, Ayah juga." Laki-laki itu meliriknya penuh arti. "Ayah juga sayang Bunda."

"Kalau Bunda juga sayang Ayah?"

Dengan pipi memanas, Lusi mengangguk. "Iya."

Lala seketika bersorak. "Lala senang sekali."

Jantung Lusi berdetak lebih cepat. Untungnya mereka sudah sampai di depan sekolah, sehingga ia bisa terbebas dari suasana canggung ini. Elang langsung keluar dan membantu Lala turun, begitu pula Lusi. Dengan kedua tangan menggandeng ayah bundanya, Lala tersenyum lebar memasuki sekolah.

"Baik-baik di sekolah ya, Sayang." Elang berjongkok di depan Lala dan mencium kening gadis cilik itu.

"Iya, Ayah." Lala tersenyum. "Nanti Ayah jemput, kan?"

Broken Down (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang