40. Detak Yang Sama
Mengenal Elang, bagi Lusi terasa seperti menyaksikan pertumbuhan karakter seseorang. Bagaimana tidak? Ia yang tahu betul dan merasakan perubahan sifat laki-laki itu. Bagaimana Elang begitu dingin, kasar dan tak tersentuh, kemudian setelah mereka menikah, laki-laki itu perlahan berubah. Awalnya gengsi, dan setelah saling berdamai, Elang berangsur menjadi seseorang yang lembut dan bertanggungjawab.
Dan kini ketika sudah menginjak usia dua puluh tujuh, Elang bertransformasi menjadi sosok yang sangat diidamkan kebanyakan wanita. Meski karakter dingin dan datarnya tidak berubah, tapi laki-laki itu sudah bisa tertawa, bercanda juga tidak sungkan menunjukkan kepedulian. Terutama kepada ia dan Lala. Melihat Elang yang sekarang, terkadang Lusi seperti menemukan duplikat Panji-kakak angkatnya itu. Mereka benar-benar mirip dari segi karakter.
Kepada laki-laki itu, perasaan Lusi seperti seseorang yang sedang menaiki anak tangga. Pelan, dan setiap loncatan pada undakan terasa bertumbuh. Ia pernah merasakan benci. Pernah takut setengah mati. Iba, simpati, nyaman, kemudian perasaan-perasaan lain yang lebih dalam. Kenyamanan dan perlindungan yang dulu ia terima ketika di sisi Elang itulah yang menahannya untuk di sini sampai sekarang. Tetap pada keinginan awal, meski Elang menjeda kebersamaan mereka yang harusnya sempurna sejak Lala lahir.
Dulu mungkin Lusi masih tak paham isi hatinya, meski ia berulang-ulang mengatakan kepada Elang bahwa ia tak mau berpisah dengan laki-laki itu. Namun ketika Elang menjatuhkan talak satu, di situlah Lusi mulai menemukan titik terang. Kemudian seiring jarak yang tercipta selama Elang menjalani hukuman, makin jelaslah perasaannya. Ia mencinta, sejatuh-jatuhnya hingga sampai tahap tak butuh memberi kesempatan orang lain untuk mengetuk hatinya.
Lima tahun ini bukannya tak ada yang mencoba mendekati Lusi. Seiring terbukanya ia dengan interaksi luar, ada beberapa pria yang mencoba untuk meluluhkannya. Entah teman kerja di penerbitan, donatur di panti asuhan, bahkan beberapa bulan lalu ada seorang duda muda-ayah dari teman TK Lala-yang dengan gamblang mengatakan ingin melamarnya. Namun Lusi tetap pada ketetapan hatinya, menunggu Elang pulang. Meskipun dalam penantian itu, ia seperti bertaruh pada sang takdir, karena tidak ada kepastian hati Elang masih tertuju kepadanya.
"Andalusia."
Lusi terbangun dari lamunan, kemudian menoleh ke arah laki-laki yang sejak tadi duduk di sebelahnya.
"Ada yang kamu pikirin?"
Lusi tersenyum kecil. Ia menggeleng. "Heran aja, kenapa Kakak masih nahan aku di sini." Ia menyalakan ponsel di pangkuan untuk melihat jam. "Udah jam sebelas lebih."
Elang tertawa kecil, sambil membenarkan selimut yang membungkus tubuh mereka berdua. "Temenin aku bentar."
Lusi terdiam, tapi tiba-tiba ia menguap. Dan itu membuat Elang terkekeh kecil.
"Ngantuk, ya?" Tanpa aba-aba, Elang menyentuh dan meletakkan kepala Lusi di pundak lebar laki-laki itu. "Tidur di sini, bentar. Nanti aku bangunin."
Lusi mengerutkan kening, ingin mengangkat kepala tapi Elang menahannya. "Aku nggak boleh ke kamar dulu?"
"Nanti." Elang merangkul bahu Lusi dan menepuk-nepuk lengan atasnya. "Bunda bobo di pundak Ayah dulu, ya."
"Kakak."
Elang tertawa renyah, sementara Lusi sedikit merengut. Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa pipinya terasa hangat. Selalu begitu. Ia tidak bisa menahan agar tak tersipu tiap kali Elang memanggilnya 'Bunda'. Seperti ada yang menggelitik perutnya hingga melilit, tapi tidak sakit. Ia seolah kembali jadi remaja yang sedang merasakan euforia jatuh cinta.
Ngomong-ngomong, saat ini mereka sedang duduk di ayunan halaman samping rumah. Atas ajakan Elang mereka di sini, setelah Lala tidur. Entah. Tidak biasanya Elang menahannya seperti ini. Duduk bersisian dan berbagi selimut. Bahkan lengan laki-laki itu kini masih memeluk bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Down (REPOST)
General Fiction#Miniseri 6 "Mengenalmu, adalah sebuah jalan untukku merasa utuh." (Erlangga Thariq) "Bertemu denganmu, adalah jalan yang tak pernah kuinginkan terjadi." (Andalusia) Lusi membenci laki-laki itu, sosok yang merusak dan menghancurkan masa depannya. Hi...