41. Yang Terwakilkan (END)

2.7K 441 94
                                    

41. Yang Terwakilkan (END)

"Biasa aja lihatinnya, Lang."

Elang yang sedari tadi memandangi Lusi yang sedang membagikan nasi kuning untuk adik-adiknya, menoleh ke arah Zuco. Temannya itu sibuk mengipasi sate yang masih dibakar di depan mereka.

"Lo kapan?" tanya Elang.

"Apanya?" balas Zuco.

"Dapat jodoh."

"Sialan!"

Elang terkekeh, sebelum kembali fokus membakar sate. Hari ini mereka memang berkumpul untuk merayakan hari ulang tahun Lusi. Tidak ada acara besar, hanya makan-makan saja. Mereka mengadakan barbeque di halaman panti, juga membagikan nasi kuning. Tidak ada kue, apalagi lilin. Lusi tidak suka meniup lilin di hari ulang tahun.

Elang memang sudah mempersiapkannya. Beberapa hari sebelum tanggal ulang tahun Lusi, ia menyuruh beberapa orang untuk mempersiapkan semuanya di panti. Semua orang terdekat mereka sudah ia kabari, mulai dari para abang angkat Lusi, hingga Ayah dan istri baru ayahnya itu. Karena ini bukan hanya akan jadi hari bahagia Lusi, tapi juga momen penting baginya.

"Ayah, Ayah!"

Elang menoleh. Ia menemukan putrinya yang sedang digendong Jefri, mendekat ke arah mereka.

"Iya, Sayang?" Ia mengambil alih Lala dari Jefri dan mencium pipi gadis cilik itu.

"Lala udah boleh kasih hadiah buat Bunda sekarang? Kata Om Jef, udah disiapin 'halo-halo'nya."

Elang tersenyum geli. 'Halo-halo' yang dimaksud Lala adalah mikrofon. Ia menoleh kepada Jefri. "Udah?"

Jefri mengacungkan jempol. "Lo sendiri udah siap, belum?"

Elang mengedikkan bahu. Ia kemudian membawa Lala ke arah sudut halaman, di mana di sana ada sound system yang sudah tersambung dengan stop kontak. Ia menurunkan Lala di sana.

"Mana 'halo-halo'nya, Ayah?"

Tersenyum kecil, Elang mengambil benda yang tergeletak di atas sound dan memberikannya kepada Lala.

"Langsung ngomong, Ayah?"

Lala terkejut. Semua orang juga menoleh. Sementara Elang terkekeh, karena saat menanyakan itu tadi, Lala sambil mendekatkan mulut ke mikrofon. Suara gadis cilik itu menggema di halaman.

"Udah nyala!" seru Lala.

"Lala mau nyanyi sekarang?" Lavender yang sedang disuapi nasi kuning oleh Lili, bertanya.

"Iya, Lav. Lala mau kasih hadiah buat Bunda sekarang!"

"Udah apal lagunya?"

"Udah. Kan kemarin-kemarin latihan sama Ayah."

"Keren! Ayo-ayo Lala nyanyi, Lav nonton dari sini ya!"

"Iya, Lav!"

Semua tertawa, karena Lala mengobrol tetap sambil menggunakan pengeras suara. Tak terkecuali Lusi yang Elang lihat tertawa, meski raut terkejut sempat tergambar di raut wajah gadis itu.

"Bunda," panggil Lala.

"Iya, Sayang?" Lusi menjawab dengan lembut.

"Lala mau nyanyi buat Bunda."

"Wah terima kasih." Lusi tersenyum lebar. "Bunda mau dengar."

Sambil tersenyum lebar, Lala mulai menyanyi. Semua orang terdiam, fokus mendengarkan suara gadis cilik itu.

Bersinar kau bagai cahaya
Yang selalu beriku penerangan
Selembut sutra kasihmu 'kan
Selalu kurasa dalam suka dan duka

Broken Down (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang