07. Istri ?

739 109 21
                                    

"Mawar putih untuk Almira, dan bunga Daisy untuk Retta" ujar Saka, dirinya baru saja keluar dari toko bunga. Niat awalnya membeli bungan untuk berziarah kemakam Mira. Tetapi ketika didalam sana dia melihat bunga kesukaan sahabatnya, dibelilah bunga tadi untuk Retta.

Retta menerima bunga itu dengan semangat. Karena jarang toko bunga yang menjual bunga kesukaan itu "Saka, makasih banget. Sukaaa"

"Iya," Saka masuk kedalam mobil, tak lupa dia memakai kaca mata hitam agar nanti jika dia menangis tidak begitu kelihatan. "Sabuk pengamanannya udah dipakai ?" Retta mengangguk.

"Kalau gitu Let's go !" Seru Saka.

Setelah menempuh perjalanan satu jam lebih, mereka sampai diarea pemakaman Mira. Tempatnya memang cukup jauh, karena Mira dimakamkan di kota asalnya.

Keduanya berjalan menuju makam Mira, Saka maupun Retta hafal letak persisnya dimana. Karena setiap sebulan sekali mereka berkunjung kemakam sahabatnya itu. Walaupun Saka kadang absen, tetapi dia selalu berdoa untuk ketenangan Mira.

Retta mengerutkan keningnya, saat melihat satu bucket bunga besar berisikan mawar putih dan juga daisy, bunga tadi terlihat masih segar dimakam Mira. Bulan kemarin juga dia melihat bucket bunga yang sama persis. Keluarga dari mendiang Mira tau bahwa gadis itu sangat menyukai bunga mawar putih, jadi sepertinya tidak mungkin jika keluarganya membelikan bunga selain yang Mira sukai.

Retta memanggil petugas Makam yang sering bersih-bersih diarea sana.

"Ya mbak, kenapa ya ?"

"Bapak tau siapa yang ngasih bunga ini dimakam teman saya ?"

Saka hanya diam memperhatikan percakapan yang terjadi antara Retta dan bapak tadi.

Bapak tadi menggaruk kepalanya berusaha mengingat sesuatu "Aduh mbak saya kurang tau, soalnya setiap jam lima pagi saya kesini. Bunganya sudah ada, terus setau saya bunga jenis begini selalu ada setiap bulannya dimakam almarhumah mbak Almira"

"Oh gitu, yaudah makasih ya pak ? Maaf sudah mengganggu pekerjaan bapak"

"Iya mbak, gak papa. Kalau gitu saya permisi dulu mas, mbak"

Retta dan Saka mengangguk dan tersenyum ramah pada bapak tadi.

"Mungkin dari saudaranya,  kalau gak dari temennya Mira" ucap Saka, setelah itu dia langsung berdoa untuk sahabatnya itu.

Saka mencium batu nisan itu lama, hidungnya sudah memerah tanda bahwa pemuda itu menangis. "Kamu tenang disana ya Mira, aku sayang banget sama kamu" ujar Saka dengan suara parau.

Disisi lain Retta juga mengelus lembut batu nisan itu "Mira sekali lagi gue minta maaf, karena disaat lo butuh gue. Gue gak ada buat lo. Kalau gue tau siapa cowok yang gak bertanggung jawab itu. Gue gak akan bikin hidup dia tenang. Dia harus mendapat karmanya"

.

.

.

"Emang Haris gak marah apa ? Kalau lo jalan sama Saka berduan aja ? Dia kan kalo ngomel nyenyeneyenyeneye julid banget mukanya" ujar Ethan memeragakan ocehan Haris saat sedang marah.

Sepulang dari makam tadi, Retta langsung diajak Ethan untuk belanja bulanan di toserba.

Retta tertawa melihat tingkah Ethan "Kok lo hafal banget sih ngomelnya Haris kayak gitu ? Diam-diam lo perhatiin dia ya ?"

"Yaelah Re, gue kan pernah satu club basket sama dia"

"Dulu sih gak boleh, bahkan dulu Saka sama Haris kerjaannya ribut mulu tiap ketemu"

RETHAN |  Heeseung X Ryujin [√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang