21. Pergi

498 110 20
                                    

Mahasiswa berinisial HH (22) FEB dari Universitas Z, ditemukan meninggal dunia dalam keadaan overdosis. Untuk info lebih lengkap kunjungi //http.amsmnskaak.cyber.today.

Retta menggeleng tak percaya, bisa saja itu orang lain yang kebetulan inisial nama dan fakultasnya sama dengan Haris.

Saka
Retta, Haris meninggal
Gue harap lo baik-baik aja Re.

"RETTA !" Teriak Ethan dari luar sambil terus mengetuk pintu. Retta beranjak dari tempat tidurnya, jalannya sedikit sempoyongan karen kepalanya benar-benar sangat pusing.

"Retta, lo udah tau kabarnya....?"

Gadis itu langsung mengangguk, sekarang dia tidak tau harus berbuat apa. Badannya begitu lemas, masih belum menyangka Haris akan pergi dari hidupnya dengan cara seperti itu. Retta memegangi kepalanya yang masih sakit.

Sebenarnya kondisi Ethan juga tidak jauh dari Retta, sedari tadi Ethan tertidur dan dipaksa bangun karena telfon dari Gafian kalau mantan sahabatnya itu meninggal dikarenakan overdosis. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

"Retta lo kenapa ? Ada yang sakit ?" Tanya Ethan yang melihat Retta memegangi kepalanya.

"Ethan, anterin gue kerumah Haris"

"Yaudah ayo, blezer lo mana ? Diluar dingin soalnya"

Gadis itu hanya diam, linglung, tidak bisa merespon pertanyaan dari Ethan. Ethan masuk kedalam kamar mengambil sesuatu yang bisa membuat Retta sedikit terlindung dari hawa dingin. Lalu Ethan memakaikannya pada tubuh Retta.

.

.

.

.

.

Kediaman keluarga Ethan terbilang sangat ramai, waktu menunjukan pukul empat pagi. Disana sudah banyak awak media, mengingat Haris adalah anak dari pengusaha ternama dan Haris sendiri adalah Mahasiswa yang sering menyumbangkan prestasi untuk kampusnya. Disana juga ada beberapa teman Haris.

Fakta yang baru Retta ketahui, saat ditemukannya Haris yang sudah tidak bernyawa itu disampingnya terdapat foto Retta.

Padahal Retta sudah memakai masker dan kaca mata tapi beberapa awak media masih mengenalinya, mereka tidak mewawancarai Retta melainkan terus menerus memotret diri Retta. Sedari tadi Ethan merangkul erat Retta sebagai cara untuk melindunginya.

Mata Retta sakit sedari kemarin sampai hari ini matanya terus menerus digunakan untuk menangis. Sekarang prosesi pemakaman sedang dilaksanakan. Banyak yang menangisi kepergian Haris, karena teman kuliah Haris hanya mengenalnya dari luar tidak mengenal sosok lelaki itu lebih dalam lagi.

Satu persatu orang pergi meninggalkan area makam saat pemakaman selesai dilakukan. Menyisakan keluarga sang mendiang, Retta dan juga Ethan.

Harusnya, gue yang mati duluan ris. Bukan lo. Batin Ethan menatap kosong pusaran Haris. Lamunananya buyar saat ada suara yang menginterupsi. Suara tadi berasal dari Yessline sepupu dari Haris.

"Seneng kan lo, Haris meninggal ?" Katanya sambil menatap Retta tak suka.

"Ini semua gara-gara lo ! Kalau aja lo gak mutusin Haris. Pasti Haris sekarang masih ada, lo pembunuh Re" sambungnya lagi.

Kedua tangan Ethan mengepal kuat, sudah ingin menghajar perempuan itu, tidak perduli mau itu lelaki atau perempuan jika ada yang melukai Retta, Ethan akan menyelaki balik orang itu. Tetapi Retta menggenggam kuat lengan lelaki itu agar tidak menimbulkan keributan mengingat sekarang mereka berada di area pemakaman.

"Yessline, kamu ngomong apa ? Haris meninggal itu sudah takdir dari tuhan. Tidak ada yang bisa disalahkan disituasi ini" kata Mattew tak lain adalah ayah dari Haris.

"Tapi om..."

"Udah Yess cukup, maafin perkataan Yessline tadi ya Retta ? Mungkin Yessline masih sedih jadi ngomongnya ngelantur. Dan makasih Retta selama ini sudah sabar menghadapi anak om. Pasti sulit ya jadi kamu"

"Maafin saya juga om, kalau selama ini banyak salah sama Haris. Retta merasa banyak sukanya dibanding sedihnya bersama dengan Haris selama dua tahun ini"

Mattew hanya tersenyum simpul, dia tahu Retta sedang berbohong. Selama ini anak tunggalnya itu sering memperlakukan Retta tidak baik. Tetapi Retta malah menutupi semua kesalahan Haris.

"Semoga setelah ini kamu jauh lebih bahagia Retta"

"Om gak pantes doain yang baik-baik buat wanita uler kayak dia" ujar Yessline yang masih saja menyimpan dendam dengan Retta. Memang dari dulu Yessline tidak suka dengan Retta ditambah dengan meninggalnya Haris, makin benci saja perempuan otu pada Retta.

Kini Ethan yang beralih menggenggam kuat tangan Retta. "Kalau gitu kita berdua permisi dulu om, tante" pamit Ethan pada kedua orang tua Haris, sengaja tidak pamit pada Yessline, tidak penting juga.

Retta menghentikan langkahnya membuat genggamannya lepas, Ethan menoleh. "Bener apa kata Yessline tadi, gue yang nyebabin Haris meninggal, kalau aja gue gak mutusin Haris, kalau saja gue bisa leb..."

"Retta hei, dengerin gue. Lo gak ada hubungannya sama kematian Haris oke ? Dia yang udah milih jalan kayak gini. Kalau lo nyalahin diri lo, sama halnya lo nyalahin takdir tuhan. Yang terpenting sekarang kita doa biar Haris tenang disana. Gue gak suka kalau lo nyalahin diri lo sendiri kayak gini Re, gue beneran gak suka"

Retta sedikit berjinjit memeluk Ethan, kedua tangannya berada diatas pundak Ethan memeluknya dengan erat. Ethan sedikit menunduk agar Retta lebih leluasa memeluknya.

"Ethan, jangan pernah tinggalin gue ya ? Jangan pernah pergi dari hidup gue"


.

.

.

.

.

Pesan dari ayahnya Haris ternyata tidak begitu berlaku untuk kehidupan Retta selanjutnya. Karena hari ini saat dirinya mulai berkuliah kembali setelah tiga Hari membelos, Retta langsung mendapat tapapan yang kurang mengenakan dari mahasiswa lainnya. Ada juga yang berbisik-bisik membicarakan dirinya. Mereka menatap Retta dengan rasa jijik.

Apa karena kejadian Haris meninggal itu ? Mereka menyangka kalau Haris bunuh diri karenanya ? Sebegitu tidak sukanya mereka pada Retta, sampai Retta nafas saja mungkin akan tetap salah dimata mereka.

Retta tidak terlalu mengindahkan perilaku mereka kepadanya. Retta tetap berjalan melanjutkan langkahnya, sebelum kekelas dia menuju kekantin untuk membeli minuman.

Retta meraih ponselnya yang berada didalam tasnya, ada panggilan masuk dari Wina.

"Halo, win kenapa ? Bentar lagi gue sampaia kelas kok"

"Retta, sumpah gue mau nangis. Udah nangis malahan. Kok bisa sih Re ?"

Kening Retta berkerut dia tidak paham sahabatnya itu sedang berbicara soal apa.

"Gue beneran gak paham Win, sama yang lo ucapin barusan"

"Lo viral Re ditwitter, dibase kampus juga"

"Viral apa ?"

"Video, gue kirimin linknya. Lo jangan kemana mana, Gue kekantin sekarang mau nyusul lo"

Tanpa pikir panjang Retta langsung mengklik link yang tadi Wina berikan padanya.

Retta menutup mulutnya dengan tangan kanannya, matanya sudah memerah, dadanya sesak. Siapa yang sudah tega pada dirinya seperti ini ? Siapa yang sudah tega mengunggah video Retta yang sedang mandi tanpa sehelai kainpun dibadannya ? Lebih sakitnya lagi video tadi disertakan tarif permalam dengan Retta.

Apa gue harus pergi nyusul lo ris ? batin Retta.
















Seterusnya bakal konflik nih, hehehe

Siapa yang kangen saka ???

RETHAN |  Heeseung X Ryujin [√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang