09. Sayaaang~

873 118 32
                                    

Ethan hanya menatap datar kedepan, padahal mamanya ada disampingnya. Ethan dirawat satu ruangan dengan Retta, diruangan VVIP. Lelaki itu sudah bangun dari satu jam yang lalu, sekarang pukul tujuh pagi. Sedangkan Retta belum sadar. Ralat mungkin gadis itu sudah sadar tetapi belum bangun dari tidurnya. Biarlah Retta istirahat, karena dunia nyatanya begitu kejam untuk Retta.

"Sekarang waktunya kamu sarapan, abis itu minum obat. Mama suapin ya ?" Ucap mama, tetapi Ethan menggeleng.

"Jangan kayak gitu dong Ethan,  kamu harus makan biar cepet sembuh" bujuk mama.

"Tapi ak..." baru dua kata yang Ethan ucapkan tetapi rahangnya sakit sekali.

"Tuh kan kamu jangan banyak bicara dulu. Ayo sekarang aaaa" Ethan pun dengan malas membuka mulutnya.

"Apa Ethan harus sekarat dulu baru mama perhatian sama aku ?" Rasa sakit pada rahangnya, Ethan kesampingkan dulu. Dirinya lebih penasaran, ingin melontarkan pertanyaan tadi pada mama. Tetapi sang mama tidak menjawabnya.

Suapan keempat Ethan menolak, selain perutnya terasa kenyang rahangnya juga sangat sakit jika untuk mengunyah. Dia mengambil obat yang sudah diresepkan dokter untuk diminumnya.

"Mama pulang aja, Ethan bisa jaga Retta sendiri"

"Kamu aja kondisinya masih kayak gini, gimana mau jagain kakak kembar kamu ?"

"Maaaa~" nadanya terdengar sangat merajuk.

"Yaudah iya kalau itu mau kamu, tapi mama bakal nyuruh personal asisten mama kesini. Dan kalau ada apa-apa langsung telfon mama"

"Oh iya ma" Ethan menggantungkan kalimatnya "Mama sama papa kalau mau cerai silahkan. Jangan jadiin Ethan sama Retta alasan dengan dalih takut kalau kita berdua kelihangan figur orang tua akibat perceraian. Karena sejak Ethan sama Retta dilahirkan didunia ini juga kita gak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Yang ada kasih sayang dari ART, pak supir, pak satpam, sama tukang kebun. Bahkan Ethan menganggap mereka semua lebih berjasa dalam kehidupan Ethan dibanding mama sama papa"

Kalimat Ethan tadi sukses membuat hati sang mama sakit, wanita itu ingin menangis ingin menjelaskan semuanya tetapi sangat sulit. Dan mama juga sadar sakit hati yang dirasakannya sekarang tidak sebanding atas rasa sakit yang dialami oleh kedua anaknya itu selama ini.

"Aku cuma butuh uang dari mama sama papa" Ethan tidak malu untuk mengatakannya, dia sadar dirinya bisa saja berkerja. Tapi apa gunanya punya kedua orang tua yang worka holic tanpa diperas uangnya ? Setidaknya orang tuanya bisa memberi materi yang cukup jika tidak bisa memberi kasih sayang dan perhatian.

Mama mengangguk paham, mengelus surai hitam milik anaknya "Iya, mama pamit pulang dulu ya. Dan maafin mama" Ethan meneteskan air matanya saat mamanya benar-benar sudah hilang dari hadapannya. Dia tau bahwa ucapannya tadi tidak sopan bahkan terdengar sangat jahat. Tapi untuk kali ini Ethan ingin menjadi anak yang pembangkang. Karena jadi anak penurutpun tidak bisa meruntuhkan ego dari masing-masing kedua orang tuanya.

Setelah kepergian mamanya, suster masuk untuk mengecheck kondisi Ethan.

"Pagi mas Hesa...." sapa suster tadi, Ethan sedikit aneh mendengarnya karena dirinya biasa dipanggil Ethan tetapi kali ini malah dipanggil Hesa. Ethan hanya tersenyum pada suster cantik yang tergolong masih muda itu.

"Saya periksa dulu ya mas kondisinya" suster tadi mulai mengecek kondisi Ethan. Sedangkan Ethan menatap Retta yang belum bangun juga.

"Semuanya normal, nanti sekitar jam sepuluh dokter bakal periksa mas Hesa. Kalau kondisinya stabil besok atau lusa mas Hesa bisa pulang"

"Makasih sus"

"Sama-sama,  oh iya mas. Saya kira mas Hesa sama mbak yang disebelah itu sepasang kekasih, cocok sekali kalau dilihat. Tapi pas saya lihat nama kalian berdua hampir sama. Dan ternyata kembar"

RETHAN |  Heeseung X Ryujin [√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang