03. Pengakuan

787 135 30
                                    

"Saya rasa cukup pertemuan kali ini, jangan lupa tugasnya dikumpulkan paling lambat besok  lusa, dikirim lewat email saya. Sampai bertemu minggu depan" ujar salah satu dosen siang itu untuk mengakhiri kelasnya.

Semua siswa menghembus nafas lega ketika dosen tadi sudah keluar dari kelas.

"Kantin yuk ?" Ajak Wina pada kedua temannya yakni Saka dan Retta.

"Siang-sing begini enaknya makan yang berkuah nih" sahut Saka.

"Bakso sih kata gue, apalagi dikasih sambel yang banyak"

"Enggak ah, gue mau beli batagor aja" balas Saka.

"Lo ngeselin deh ka, tadi katanya mau makan yang berkuah kenapa jadi batagor endingnya?" Kini Retta ikut buka suara.

"Gak ngeselin, gak Saka" tambah Wina.

Ketiga mahasiswa itu keluar dari kelas, Retta terlonjak kaget ketika dirinya tiba-tiba ditarik paksa oleh seseorang. Dan nyatanya yang menarik Retta itu adalah kekasihnya sendiri. Retta merasakan nyeri dipergelangan tangannya.

Saka yang melihatnya tidak tinggal diam, "Kalau sama cewek jangan kasar kayak gitu lah bro"

"Bacot lo" sahut Haris sambil mendorong Saka begitu kuat, sampai Saka tersungkur menubruk papan pengumuman. Wina buru-buru membantu Saka untuk bangun. Dalam hati Wina bertanya Saka yang letoy ? Atau tenaga Haris yang seperti Hercules ?

"Aduh, pinggang gue sakit banget" keluh Saka.

Sedangkan Haris kembali menarik Retta dengan kasar, sudah berkali-kali Retta mencoba untuk melepas genggaman itu, tetapi tetap saja gagal. Bahkan saat Retta merintih kesakitan ketika kakinya terkilir lantaran menuruni tangga, Haris tidak menghiraukannya. Dirinya sudah dikuasai oleh amarah. Dia tidak terima jika gadisnya ada yang mendekati apalagi yang mendekati itu musuhnya sendiri yang tak lain adalah Ethan. Retta tau bahwa Haris sangat membenci Ethan, jika Haris tau bahwa Ethan adalah saudara kembarnya maka selesai sudah semuanya.

"Haris please, lepas. Kaki aku sakit banget" protes Retta saat dirinya dipaksa untuk mengikuti langkah Haris yang tergesah-gesah. Lelaki itu tetap tidak memperdulikannya.

Retta jatuh terduduk saat dirinya tidak kuat lagi untuk menahan rasa sakit pada area kakinya, banyak mahasiswa  yang sedang lalu lalang menghentikan sejenak aktivitas mereka hanya untuk melihat keributan yang terjadi diantara dua sejoli itu.

Retta menangis sangking sakitnya, Haris mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat hingga buku jarinya terlihat putih. "Bangun gak ?" Bisik Haris penuh penekanan. Retta tak berani menatap manik coklat milik Haris. Kekasihnya itu berubah 180° saat sedang marah seperti ini.

"Bangun !" suruh Haris mencoba menarik tangan Retta secara kasar, tetapi gadis itu menolaknya mentah-mentah, gadis itu masih terduduk sambil memegangi tumitnya.

"Kamu bisa gak sih ris ? Jangan kasar kayak gini ? Kita jadi pusat perhatian dari sikap kamu yang kayak gini ?"

"Harusnya aku yang ngomong kayak gitu" lagi dan lagi Haris menarik paksa dengan kasar tangan Retta, tetapi seseorang berhasil menepis tangan Haris dari pergelangan tangan sang gadis.

"Berani banget lo kasar sama Retta ?" Celetuk seseorang, orang itu adalah Ethan.

Haris tersenyum remeh padanya "Akhirnya bajingannya dateng juga"

"Lo kayaknya butuh kaca deh,"

"Lo tuh siapa sih anjing ? Punya hak apa lo sama Retta ?"

"Oh ya jelas gue lebih berhak atas Retta, dari pada lo yang cuma jadi pacarnya, kapan aja lo bisa diputusin sama Retta"

"Tinggal jawab apa susahnya ? Lo tuh siapanya Retta ?!" Teriakan Haris semakin menggema. Retta dibuat pusing oleh dua lelaki yang ada dihadapannya sekarang.

Retta menatap manik Ethan, bisa dilihat dari tatapannya yang begitu memohon agar Ethan tidak memberi tahukan fakta yang sebenarnya.

Ethan memegang bahu Haris "Dengerin ya Kak Haris, Retta itu kembaran gue" Ethan memanggil Haris dengan sebutan kak bukan untuk terlihat sopan, melainkan untuk memancing emosi Haris.

Semua orang yang berada disekeliling mereka bertiga dibuat kaget. Mereka tidak menyangka sebuah fakta yang barusan mereka dengar.

Lelaki bermata sipit itu tertawa remeh padanya "Kurangin halu lo deh, mentang-mentang lo anak sastra indonesia kerjaannya ngarang cerita mulu" Haris mencoba tidak percaya atas penjelasan Ethan tadi.

"Wow, lo perhatian banget ya sama gue ? Sampai tau gue ambil jurusan apa. Gue aja gak tau loh lo dari fakuktas mana"

Kesabaran Haris benar-benar sudah habis, dia menarik kerah baju Ethan dan mendaratkan bogeman mentah pada wajah tampan milik Ethan. 

Retta berteriak melihatnya, "Haris ! Kamu gak ada hak buat ngelukain Ethan !" Teriak Retta dengan suara bergetar, Retta memaksakan dirinya untuk menghampiri Ethan sedang memegangi bibirnya yang berdarah. Retta trauma, dulu sewaktu SMA tepatnya saat Retta dan Ethan kelas sepuluh, papanya pernah marah besar pada Ethan karena pemuda itu ketahuan merokok, berakhirlah Ethan dipukuli habis-habisan oleh sang papa. Dan pukulan dari papanya itu membuat Ethan tidak sadarkan diri. Sekarang Retta harus menyaksikan kembali saudara kembarnya dipukuli, itu terlalu sakit untuknya.

"Retta, gue gak papa" ucap Ethan karena melihat raut wajah Retta begitu khawatir, lalu Ethan bangkit dan mencoba menarik kerah baju Haris  hendak melayangkan pukulan. Tetapi langsung dicegah oleh Retta.

"Ethan, gue mohon lo pergi dari sini"

"Retta, jawab jujur. Cowok ini bukan kembaran kamu kan ?"

Retta tergagap, lidahnya kelu hanya untuk sekedar mengucapkan satu kata. Dia belum siap dengan rahasia yang selama ini dia tutupi. Sedangkan Ethan sibuk dengan ponselnya dia sedang mencari sesuatu. Dikiranya Ethan sudah menemukan sesuatu yang dia cari, Ethan langsung memberikan ponselnya pada Haris, didalam ponsel itu memperlihatkan foto keluarga Ethan. Dimana ada Ethan, Retta dan kedua orang tuanya dengan pakaian yang warnanya senada.

"Gak usah tanya, harusnya lo udah tau jawabannya apa. Ayo Ret kita pergi" Ethan merendahkan tubuhnya sebagai kode agar Retta naik kepunggungnya. Sebenarnya Retta ingin menolak tetapi jujur saja kakinya sudah sangat sakit untuk digerakkan. Gadis itu mengeratkan kaitan kedua tangannya saat Ethan sudah melangkahkan kaki. Haris hanya bisa menatap nyalang punggung Ethan yang kian menjauh.

Ethan mendudukan Retta pada kursi yang tersedia ditaman belakang perpustakaan. Taman itu jauh dari kata ramai. Ethan mengeluarkan salep pereda nyeri dari tasnya, lalu secara perlahan mulai mengoleskan pada tumit Retta.

"Putusin Haris" ucap Ethan, berhasil membuat Retta bingung dibuatnya.

"Maksud lo apa ?"

"Harusnya lo tau lah Re, cowok kayak Haris itu gak baik buat lo. Dia itu kasar, posesif, toxic pula. Apa yang mau lo harepin dari dia ?"

"Lo tau apa tentang Haris ? Gue aja gak pernah ngelarang-larang lo pacaran sama siapapun ? Kenapa lo jadi ribet kayak gini ?! Gue lebih suka lo yang dulu, Ethan yang gak peduli sama gue, Ethan yang gak pernah nganggep gue ada, Ethan yang gak pernah ngurusin urusan gue !" Seru Retta, sambil menghempas tangan Ethan yang tadinya memijat kaki Retta.

"Gue kayak gini karena gue sayang sama lo RETTA !"

"Gue lebih sayang Haris dibanding lo, puas ?!"

Sungguh hati Ethan mencelos sakit dibuatnya, Ethan meminta Retta untuk mengakhiri hubungannya dengan Haris karena Ethan tau hubungan mereka sudah mengarah ke toxic. Dan Ethan tidak mau jika Retta jatuh lebih dalam lagi pada permainan Haris, tapi sepertinya Retta salah paham dengan semuanya.

Ethan berdecak kesal "Ck, Gws deh. Gws buat otak lo" ucap Ethan meninggalkan Retta dengan kondisi tidak bisa berjalan. Kedengarannya memang jahat, tapi bukankah ucapan Retta yang ditunjukkan pada Ethan tadi jauh lebih jahat ?

RETHAN |  Heeseung X Ryujin [√ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang