✎2.10 : Pinta

448 66 8
                                    

Happy Reading

Jisoo dan Jaehyun saat ini tengah berdiri di halaman rumah mereka. Jisoo mengantarkan Jaehyun yang akan pergi ke kantornya.

“Aku pergi dulu ya,” pamit Jaehyun sambil mengecup kening wanita yang sudah menjadi istrinya.

Jisoo memejamkan matanya ketika bibir itu mendarat di keningnya. Ia kembali membuka matanya ketika sudah tak merasakan kecupan itu.

“Jae tunggu,” ucap Jisoo yang menghentikan langkah Jaehyun menuju mobil.

Jaehyun menatap Jisoo dengan tatapan bertanya. “Kenapa?” tanyanya.

Jisoo kembali berdiri di hadapan Jaehyun dan membenarkan letak dasi yang sedikit berantakan. Setelah itu sebuah kecupan tepat di bibir Jisoo hadiahkan sebelum ia berlari masuk ke dalam rumah.

Jaehyun hanya bisa diam di tempatnya karena merasa ini semua seperti sebuah mimpi. Jika benar ini mimpi, maka ia berharap ia tak akan pernah dibangunkan. Karena sungguh, ini adalah hal terindah yang pernah ia alami.

Tanpa sadar Jaehyun memegang bibir yang baru saja dikecup oleh Jisoo sambil tersenyum tak jelas.

“Pak,” sela sang sopir yang kebingungan ketika melihat majikannya tersenyum tak jelas.

Jaehyun tersadar dan langsung masuk ke dalam mobil untuk berangkat ke kantor. Disepanjang jalan senyuman tak henti-hentinya mengambang di wajah itu. Bahkan ketika di kantor Jaehyun melemparkan senyuman manisnya yang jarang sekali diperlihatkan kepada karyawan-karyawannya.

Rasanya ini seperti mimpi, batin Jaehyun.

─────

Taeyong memutar kunci cadangan kamarnya. Mendorong pintu itu hingga terbuka dan mendapatkan Miyeon yang tengah terlelap di atas tempat tidurnya sambil meringkuk.

Taeyong menyesal telah mengatakan hal yang membuat wanita baik itu menjadi terluka seperti ini. Ia sama sekali tak berniat untuk membohongi ataupun membuat Miyeom sakit hati.

Ini sudah sore dan Miyeon sama sekali tak mau keluar dari kamar mereka. Miyeon bahkan tidak meminum obatnya. Jangankan minum obat, jam makan siang wanita itu saja sudah terlewat.

Taeyong melangkahkan kakinya menuju kasur. Berhenti tepat di samping tubuh wanita itu. Ia bertekuk lutut dan mengusap surai hitam legam yang cukup berantakan.

Chup

Ia mengecup kening itu sambil tersenyum dan bergumam, “Maaf.”

Setelah itu Taeyong keluar dari kamar dan pergi dari rumah. Ia berencana untuk datang ke rumah mewah kediaman ibu dari anaknya.

Taeyong meremat setir ketika bayangan dari masa lalu menghampiri ingatannya. Senyuman miris terpajang di wajah yang memiliki pahatan sempurna bak anime Jepang.

Mobilnya berhenti di depan sebuah rumah. Seorang penjaga menghampirinya.

“Ada yang bisa dibantu?” tanya penjaga itu.

“Aku ingin bertemu dengan Nona Jung,” jawab Taeyong dengan santai.

“Sudah buat janji?”

Taeyong mengangguk sebagai jawaban. “Sudah.” Bohong. Taeyong bahkan sama sekali tak memiliki nomor dari wanita itu, bagaimana ia bisa membuat janji?

Taeyong tersenyum ketika pagar tinggi itu dibuka dengan mudahnya. Apa penjaga di rumah ini begitu pintar hingga dibodohi saja mereka tak menyadarinya.

Taeyong membawa mobilnya masuk ke dalam rumah itu. Butuh waktu beberapa menit untuk sampai di rumah utamanya. Taeyong sedikit kagum ketika pemandangan pertama yang ia dapatkan adalah hutan buatan sepanjang jalan menuju rumah utama.

BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang