✎2.2 : Sorry

1.2K 121 15
                                    

Happy Reading

Setelah kepergian Jisoo dan David dari kamar itu. Jaehyun langsung menyuruh sang putra duduk di atas kasur.

“Leo, siapa yang mengajarkanmu seperti itu?” tanya Jaehyun dengan nada tenang.

Bukannya menjawab, Leo malah tak mengacuhkan sang papa dengan cara memaikan ponselnya.

Jaehyun benar-benar geram dengan kelakuan sang anak yang begitu kekanak-kanakan.

“Leo jawab?!” hardik Jaehyun.

Sekali lagi Leo hanya fokus ke ponselnya. Dan saat tiba-tiba ponsel itu diambil dan dibanting oleh Jaehyun.

“Apa ini sikap yang kuajarkan selama ini?!” tanya Jaehyun.

“INI SEMUA GARA-GARA PAPA! INI BUKAN KESALAHANKU!” teriak Leo di depan muka sang papa.

“Apa yang kau bicarakan, Leo?!” tanya Jaehyun.

“Iya, ini semua karena Papa! Papa tahu kan sedari kecil aku sudah iri pada David?!” bentak Leo.

“Aku iri padanya ... aku iri karena dia mempunyai hidup yang sempurna,” ucap Leo sambil terisak.

Leo menangkupkan wajahnya menggunakan kedua tangannya. Menutupi wajahnya yang sudah berlinang air mata.

“Itu alasannya dari dulu aku sering memamerkan kepadanya bahwa hidupku lebih indah darinya,” lanjutnya.

“Apa yang kau irikan dari diriku, Leo?” tanya David yang baru masuk ke kamar Jaehyun.

Sebenarnya niat David ke sini untuk meminta maaf, tapi yang ia dengar hanya kecemburuan Leo terhadap kehidupannya.

“Apa yang kau irikan dari diriku, Leo?” tanya David lagi.

“Kehidupanku jauh dari kata sempurna, Leo,” sambung David.

“Hidupmu sempurna, David. Tak sepertiku, ketika aku kecil orang tuaku pisah–”

“Lantas bagaimana denganku, Leo?” David berjalan mendekati Leo, ia bertumpu lutut di depan sahabatnya. “Aku anak yang tak diharapkan, Leo. Ayah kandungku bahkan tidak menginginkan diriku. Paman Eunwoo yang sudah kuanggap seperti ayahku juga meninggalkanku. Kau ... kau bahkan masih bisa bertemu kedua orang tuamu.”

David menundukkan kepalanya dan menangis. Ia sangat bingung, apa yang Leo irikan darinya. Bahkan tidak ada seorangpun yang menginginkan dirinya di dunia ini.

“M-mianhae, David. A-aku tak bermaksud membuatmu mengingat hal itu,” ucap Leo.

David menggelengkan kepalanya. “Tak apa, ini semua memang sudah takdirku, Leo.”

Greb

Leo membawa David kedalam pelukannya. Ia benar-benar merasa bersalah kepada sahabatnya itu.

Jaehyun yang masih berada disana pun tersenyum melihat kedua sahabat kecil berpelukan di hadapannya.

─────

BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang