ATST #11

1.4K 267 53
                                    

Malam, Dears!

Bab ini adalah second update Hara hari ini. Semoga masih belum telat menghibur kalian yang belum tidur, ya.

Seneng enggak Hara update terus?

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian, ya.

Happy reading!



***

Wira merapikan lipatan manset lengan kemejanya. Berkaca sekali lagi, dia menyisir rambut yang masih agak basah. Kemudian dia berjalan ke gantungan baju di sudut ruangan.

Diraihnya rompi cokelat kebanggaannya. Dari sela gorden yang tersingkap, dia bisa melihat lampu kamar Aulia yang masih menyala.

"Tumben masih di rumah?" Melirik arloji di pergelangan tangan, keningnya berkerut samar. "Bisanya jam segini sudah pergi duluan. Apa dia sakit?" gumamnya, tak dapat menepis rasa penasaran.

Meninggalkan kamar, Wira turun untuk membuat sarapan. Tidak muluk-muluk. Cukup toast sederhana dengan bahan-bahan yang tersedia.

Seingatnya, dia memiliki banyak alpukat di kulkas. Ditambah telur setengah matang, dia bisa memanfaatkan buah kaya nutrisi itu untuk membuat variasi sarapan. Setidaknya tidak melulu roti gandum dan selai kacang.

Tak sampai sepuluh menit, sarapan kilatnya sudah tersedia di meja makan. Sebagai pelengkap, dia menuang susu ke dalam gelas. Setelah itu, baru dia mulai menikmati sarapannya dengan lahap.

Dalam sekejap, dua tangkup toast bread ala buatannya sudah tandas. Dia membawa piring dan gelas bekas sarapan ke kitchen sink untuk dibilas. Akan tetapi, lagi-lagi matanya tidak bisa diajak kerjasama. Dia malah mendekat ke jendela dapur untuk mengintip rumah tetangga sebelah.

Keadaan rumah Aulia masih sama. Lampu kamarnya belum dimatikan. Mobilnya juga masih terparkir di halaman depan. Hal itu semakin menguatkan dugaan bahwa mungkin Aulia sedang tidak baik-baik saja.

Karena jikapun Aulia berniat absen bekerja, tidak mungkin wanita itu membiarkan lampu kamarnya terus menyala saat hari mulai beranjak siang, bukan?

Dia sudah sarapan belum, ya? Gimana kalau dia beneran sakit? Enggak bisa bangun? Enggak ada yang siapin sarapan? Enggak bisa minum obat? pikirnya berkecamuk.

Lama berpikir, Wira meninggalkan begitu saja piring dan gelas kosong yang dibawanya. Menghitung waktu, dia rasa cukup untuk membuat sarapan sekali lagi. Kali ini bukan untuknya, melainkan khusus untuk dia bagi ke tetangga sebelah. Sekalian untuk mengecek apakah Aulia masih bernapas atau tidak.

Jangan sampai sepulang kerja nanti tiba-tiba dia didatangi banyak wartawan. Apalagi kalau harus dimintai keterangan terkait tetangganya yang ditemukan tewas. Meski bergidik ngeri dengan pikiran-pikoran buruknya, Wira perlu memastikan sendiri semua itu tak akan terjadi.

Menyingsingkan lengan kemeja, Wira mengambil empat lembar roti gandum dan memasukkannya satu per satu ke dalam toaster. Sambil menunggu, dia membuka kulkas dan mencari bahan lain untuk dijadikan sarapan yang lebih layak.

Menemukan bacon, telur, keju, dan sayuran segar, otaknya bekerja cepat. Dia segera mengeksekusi semua bahan menjadi sandwich toast lezat dan salad sebagai pelengkap.

Sembari memanggang bacon sebentar, kedua tangannya sibuk bekerja memotong sayuran untuk salad. Menu yang tidak sulit dibuat karena dia sendiri memilih dressing salad yang paling umum dan mudah.

AT THE SAME TIME [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang