Malam, Dears!
Ketemu lagi sama Mas Wira dan Mbak Aulia.
Yuk, ramein!
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Setelah membaca deretan pesan Alyka, detik itu juga Wira sadar kalau Aulia sukses membodohinya. Wira menyugar rambutnya yang setengah basah. Alih-alih marah, dia tertawa lebar. Wanita yang dia cintai itu, selain cantik, ternyata juga cerdik dan penuh tipu muslihat.
Sepertinya, Wira harus lebih hati-hati ke depannya. Untuk kali ini, dia akan membiarkan Aulia lolos darinya. Namun, jangan harap Wira akan jatuh pada perangkap yang sama untuk ketiga kalinya. Dia akan pastikan Aulia membayar lunas semua kecurangan yang dilakukan kepadanya.
Menggigit bibir bawah, Wira membentur-benturkan ponsel ke telapak tangan. Dia berpikir keras apa yang harus dia lakukan untuk membalas Aulia. Sedetik kemudian, dia mendapat ide brilian. Senyum kucing khas miliknya pun muncul menghiasi bibir Wira yang tebal.
Berjalan kembali ke rumah, dia mengutak-atik ponsel. Kemudian dia menempelkan ponselnya ke telinga. Dia menyelipkan sebelah tangan ke kantung celana. Tepat ketika melewati pagar, panggilan teleponnya tersambung.
"Halo, Tante! Ini saya Wira. Apa kabar?" sapanya ramah dengan senyum semringah.
oOo
Aulia melangkah lesu memasuki lobi Net TV. Di belakangnya, Najwa berjalan terseok-seok sembari membawa tumpukan map dan tas Aulia. Setiap Najwa melirik, Aulia segera memberi delikan sangar.
Dia masih kesal pada asistennya itu karena telah berani bersekongkol dengan Wira yang notabene orang luar. Bisa-bisanya Najwa membocorkan jadwalnya tanpa izin lebih dulu padanya. Sekarang Aulia tidak akan menahan-nahan lagi kedongkolannya.
Sejak melarikan diri dari rumahnya sendiri pagi tadi, Aulia memutuskan untuk menghabiskan waktu di kafe. Dia abaikan semua panggilan dari Najwa yang kebingungan mencarinya karena mendadak tak ada kabar. Akhirnya, Najwa menyerah dan hanya mengirim pesan untuk mengingatkan jadwal meeting Aulia pagi ini hingga menjelang siang.
Aulia tak membaca pesan Najwa secara langsung, melainkan lewat pop up pesan. Kendati begitu, dia tak berniat ingkar atau mencoba mengatur ulang jadwal meeting-nya. Bagaimanapun, dia tetap dituntut untuk bersikap profesional meskipun perasaannya sedang tak keruan.
Pukul sembilan, Aulia beranjak meninggalkan kafe tempat dirinya mengosongkan segala pikiran yang tak ada sangkut-pautnya dengan pekerjaan. Berkendara sekitar tiga puluh menit, dia sampai di sebuah restoran yang sudah Najwa atur jauh sebelumnya. Saat memasuki restoran, dia langsung bisa menangkap sorot lega di mata Najwa yang sebelumnya terlihat gelisah menunggu kedatangan Aulia.
"Mbak, Aul!"
Aulia memutar kepala cepat ke arah suara yang memanggilnya. Sedetik kemudian, dia berdecak keras. Satu orang lagi yang berpotensi membuat Aulia kesal tengah berjalan menghampirinya.
"Dari meeting di luar lo, Mbak?"
"Hm," jawab Aulia malas seraya bersedekap. Dia memilih memberi atensi pada kuku-kukunya yang cantik dibanding Sisil yang berdiri menatapnya sembari mengerutkan alis.
Mengabaikan Sikap acuh tak acuh Aulia, Sisil melongokkan kepala ke belakang pundak Aulia. Dia mengangkat sebelah tangan, menyapa Najwa.
"Hai, Wa! Bawaan lo berat banget kayaknya, ya? Ibu DIrektur kita ini enggak bisa bawa tasnya sendiri apa gimana?" sindirnya seraya melirik Aulia lewat ekor mata. Dia nyaris menyemburkan tawa ketika melihat pipi Aulia menggembung karena kesal. Belum lagi tingkah Aulia yang kini menarik kasar tas maroon yang Najwa bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AT THE SAME TIME [REPUBLISH]
ChickLitAulia Zaafrania Giania berjumpa lewat kejadian tak sengaja dengan Prawira Aditama. Keduanya pun memutuskan untuk menghadiri pernikahan Eros dan Alyka bersama. Namun, siapa sangka bila pesta pernikahan sahabatnya itu membawa Aulia ke depan gerbang ma...