ATST #20

1.4K 281 38
                                    

Malam, Dears!

Pada nungguin, ya?

Bab 20 ini panjang, ya! Kalian bisa bayangin sebebas-bebasnya gimana posisi Aulia dan Wira pada saat kejadian.

Bayangin aja dulu, ngakaknya belakangan!

Wkwkwk

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!






***





Wira meluruskan pandang ke depan. Kontan tatapannya mengarah pada gantungan baju Aulia yang berada di sudut kanan balkon. Di sana, tergantung panty dengan model dan warna senada sedang berayun-ayun. Tepatnya di sebelah kaus oblong yang juga sedang dijemur.

Setelah mencerna situasi yang ada, Wira mulai dilanda bingung. Dia menatap bra di tangan dan gantungan baju Aulia bergantian. Otaknya berpikir keras meminta ide paling jitu. Paling tidak, dia perlu sebuah ide untuk mengembalikan bra tersebut tanpa harus merasa malu. Karena jika salah langkah, risikonya bisa membuat mereka canggung.

Wira buru-buru melangkah masuk ketika samar-samar mendengat suara Aulia yang berbincang dari balik pintu. Secepat kilat, dia menutup kembali pintu balkon. Tak lupa menggeser gorden agar jendela kamarnya tertutup.

Benar saja. Selang beberapa detik, suara Aulia semakin jelas terdengar. Jantung Wira berdegup kencang bak orang yang takut ketahuan. Tanpa sadar dia mendekap bra di tangannya dengan telinga yang mendekat ke jendela.

"Iya, Ly. Ada lahan di samping rumah gue. Rencana mau gue buat taman yang nantinya ada kanopinya gitu. Lumayan bisa dijadiin tempat anal-anak barbeque-an. Biar kelihatan rindang juga. Jadi, gue minta tolong. Coba lo tanyakan suami lo, kira-kira ada kontak orang yang bisa gie minta bantuan, enggak?"

Terdengar suara pintu balkon dibuka. Kemudian disusul derap langkah Aulia. Lantas hening untuk beberapa detik yang terlewat. Wira pun semakin membuka lebar-lebar telinganya.

"Ly, kayaknya rumah gue abis disamperin maling, deh. Bra di gantungan gue hilang, Ly. Padahal perasaan tadi masih ada."

Tubuh Wira menegang kaku. Perlahan-lahan dia menunduk, kembali menatap bra merah yang dia dekap. Pikirannya berubah semerawut. Semua ide yang sempat terpikir mengarah pada jalan buntu. Tidak ada cara lain selain mengembalikan benda keramat wanita itu ke pemiliknya langsung.

Masalahnya, melakukan sungguh tak semudah yang terpikirkan. Dia yang menemukan, sekarang dia juga yang dituduh sebagai maling jemuran.

Habis sudah riwayatnya! Berkat bra merah berenda yang tersangkut di pagar balkon, Wira terancam dicap sebagai pria mesum. Parahnya, oleh tetangga rumahnya sendiri yang mana mengajaknya sarapan bersama pagi ini.

Holy crap!

oOo

"Gue biasa gantung di balkon. Selama ini belum pernah kemalingan. Baru sekarang kejadian. Menurut lo, gue harus lapor Pak RT atau gimana? Malu gue kalau ditanya apa yang hilang, masa gue jawab bra? Tapi kalau enggak lapor, gimana kalau malingnya balik lagi?"

Aulia duduk di tepi ranjang. Sorot matanya bergerak gelisah. Dia bingung ke mana bra miliknya pergi menghilang. Bukan sulap, bukan sihir, tetapi benar-benar lenyap tanpa jejak.

AT THE SAME TIME [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang