ATST #24

1.2K 264 69
                                    

Malam, Dears!

Aulia dan Mas Wira update lagi.

Pada kangen, enggak?

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian, ya.

Happy reading!




***


Wira menatap Aulia heran. Dia mencoba memastikan, antara indra pendengarannya yang salah, atau Aulia yang sedang asal ucap. Pasalnya, dia tidak yakin wanita di depannya baru saja menawarkan anggur merah. Sedangkan Wira hanya bercanda soal gin dan vodka.

Serius kamu nawarin saya anggur merah, Aulia? batinnya menerka-nerka.

Jeda tiga denyut nadi, Aulia buru-buru meralat. "Maksud saya, benar-benar buah anggur yang berwarna merah." Aulia memasang gestur salah tingkah. "Ada beberapa apel juga di kulkas. Kamu mau saya ambilkan?" Dia menunjuk dapur dengan telunjuk yang diarahkan melewati bahu.

Ah! Wira mengangguk-angguk mengerti sekarang. Bisa-bisanya dia berpikir tetangganya itu tengah menawarinya anggur merah yang itu. Salahkan saja bahasan mereka sebelumnya. Karena hal tersebut, perkara anggur merah malah menjadi definisi yang rancu.

"Enggak usah repot-repot, Aulia." Wira mengangkat piringnya sekilas. "Ini saja sudah cukup."

Mendengar jawaban Wira, Aulia tak lagi memaksa. Dia meneruskan niatnya, membiarkan Wira makan malam dengan khidmat tanpa lagi banyak bicara.

Aulia menumpukan kedua tangan di atas kitchen bar. Dengan kepala menoleh ke arah ruang tamu, benaknya dijejali pertanyaan random. Mulai dari apa yang sebenarnya terjadi dengan Wira, ke mana pria itu menghilang, sampai kenapa Wira terlihat kelaparan.

Jari-jari Aulia mencipta irama lewat ketukan pelan. Menggigit bibir bawah, Aulia beranjak mendekati laci dapur. Diraihnya kotak ice bag yang masih baru untuk dia isi dengan es batu.

Tanpa menunggu waktu, Aulia segera menyiapkan es batu dalam mangkuk. Beruntung, dia selalu rajin mengisi cetakan es sehingga dia tak perlu sibuk memecahkan bongkahan besar es dengan palu. Cukup dengan mengeluarkan kotak-kotak kecil es, lalu mengisi ice bag sampai tiga per empat volume.

Saat dia kembali mengisi cetakan es dan berniat membekukannya kembali ke dalam kulkas, sudut mata Aulia tak sengaja melihat apel dan anggur merah. Masih rapi dalam keranjang buah. Berpikir bahwa Wira butuh pencuci mulut yang segar, dia pun mengambil beberapa untuk disajikan.

Ternyata, niat baiknya melesat jauh lebih dari yang dia rencanakan. Tidak hanya mengupas apel, Aulia malah berakhir dengan membuat salad buah dengan campuran yoghurt, susu, dan parutan keju. Tak tanggung-tanggung, kini bukan hanya apel dan anggur saja yang ada di dalam mangkuk, melainkan buah-buahan lain juga turut bergabung.

Wira baru saja menandaskan suapan terakhirnya. Namun, bertepatan dengan kunyahan yang terdorong ke kerongkongan, bola mata Wira membesar. Retinanya menangkap bayang Aulia yang lagi-lagi membawa nampan. Ada sebuah mangkuk berukuran sedang bersanding dengan segelas air mineral dan ice bag. Sementara bahu wanita itu mencangklong kotak obat.

"Saya pikir kamu ngapain di dapur. Ternyata bikin salad buah," tutur Wira nyaris menyerupai sebuah gumaman takjub. Manik matanya tak putus mengamati gerak-gerik Aulia.

Aulia memilih tak menjawab. Dia beringsut mendekat. Tanpa tedeng aling-aling, dia mengulurkan tangan dan menempelkan telapak tangannya di dahi Wira.

Hal itu kontan membuat Wira berjengit. Kendati begitu, detik berikutnya dia mencoba rileks. Dia menatap lurus Aulia. Wanita di depannya itu terlihat begitu serius.

AT THE SAME TIME [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang