Malam, Dears!
Bab ini seharusnya update kemarin malam. Bab 54 bakal update jam 10 nanti, ya. Mau update barengan takut bab ini nggak ada yang baca atau malah banyak yang skip. Jadi, jeda dua jam update-nya.
Nggak banyak yang bisa Hara bilang selain "Happy Reading".
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian, ya.
***
Aulia menarik napas panjang sesaat setelah mesin mobilnya mati. Dia tahu riasannya sudah berantakan sejak keluar dari pelataran Net TV. Semua tak lepas dari pria itu yang tiba-tiba kembali datang mengusik. Aulia pikir, Tristan menyerah untuk mencoba menemuinya lagi. Karena seingatnya, beberapa bulan lalu pria itu sangat gigih membuat janji yang mana selalu bisa Aulia hindari.
Menyingkirkan sejenak semua kalut yang membuatnya ingin terus menangis, Aulia mulai bergerak cepat membenahi riasan wajahnya. Dia tak ingin bertemu dengan Ranti dalam keadaan serampangan. Terlebih dia memiliki firasat tidak enak mengenai tujuan Ranti yang sebenarnya. Wanita itu menekankan bahwa ingin bicara berdua saja dengan Aulia—tanpa sepengetahuan Wira.
Usai memoles lipstik pink senada warna bibir, Aulia bercermin sekali lagi. Merasa penampilannya sudah layak dan lebih baik dari sebelumnya, dia turun dari mobil. Melangkah dengan percaya diri, Aulia segera memasuki sebuah restoran elit di mana Ranti menentukan janji.
"Hai, Tante!" sapa Aulia dengan bibir mengembang penuh. "Maaf, tadi masih ada sedikit pekerjaan yang harus saya selesaikan. Tante sudah lama sampai?"
Ranti menampilkan senyum segaris. Dia menggeleng kecil. "Saya juga nggak seberapa lama sampai kok." Kemudian dia memersilakan Aulia duduk. "Kita makan siang dulu, ya. Kamu enggak apa-apa kan, saya pilih tempat yang agak privat seperti ini?" tanyanya.
Aulia meletakkan tasnya di kursi kosong sebelah kanannya. Manik matanya mengitari seluruh sudut ruangan. Pantas saja tadi seorang pelayan menanyainya dengan siapa Aulia punya janji temu, lalu mengantarnya ke sebuah ruangan yang sudah Ranti pesan. Bila dalam keadaan normal, mungkin hal ini tidaklah berlebihan. Sayangnya, sebuah pikiran buruk melintas di benak Aulia.
Ini bukan karena dia pengin nyiram atau tampar gue kan, makanya butuh tempat yang lebih privat?
"Aulia?" panggil Ranti, menyentak keterdiaman Aulia. "Kamu enggak nyaman sama tempat pilihan saya? Kalau iya, kita bisa—"
"Oh, enggak apa-apa kok, Tante. Saya nyaman," tukas Aulia cepat.
Setidaknya, andai apa yang Aulia pikirkan tadi menjadi kenyataan, dia tidak akan terlalu malu karena tidak ada satu pun pengunjung yang akan melihat adegan tersebut. Dia tidak takut malu. Tentu saja tidak. Dia cuma tidak ingin menjadi pusat perhatian, lantas dipandang dengan sorot mata kasihan.
"Syukurlah." Ranti tersenyum, kali ini lebih lebar dibanding senyum segarisnya di awal tadi. "Saya sudah pesan beberapa menu. Semoga kamu suka, ya. Sebentar lagi appetizer-nya diantar."
Aulia mengangguk sopan. Sesungguhnya, dia akan lebih senang bila Ranti mentraktir Aulia nasi padang. Lebih mengenyangkan dan lebih puas. Karena di restoran elit seperti ini, tidak ada yang bisa Aulia harapkan dari menunya yang dikemas dalam porsi kecil, tetapi harganya selangit. Bukannya Aulia perhitungan atau tidak mampu bayar. Jelas dia mampu, tetapi sayang saja rasanya.
Tebakan Aulia benar saat Foie Gras yang porsinya cuma cukup sebagai camilan sekali suap itu datang sebagai menu pembuka. Lewat appetizer, Aulia bisa dengan mudah menebak main course yang dipilih oleh mama Wira. Apalagi kalau bukan steak? Mungkin bedanya, steak di restoran ini berada di level berbeda dari daging yang Aulia makan di AYCE ketika mengerjai Eros bersama Alyka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AT THE SAME TIME [REPUBLISH]
ChickLitAulia Zaafrania Giania berjumpa lewat kejadian tak sengaja dengan Prawira Aditama. Keduanya pun memutuskan untuk menghadiri pernikahan Eros dan Alyka bersama. Namun, siapa sangka bila pesta pernikahan sahabatnya itu membawa Aulia ke depan gerbang ma...