Sore, Dears!
Semalam Hara mau update, tapi karena yang absen cuma dua biji, Hara update sore ini jadinya.
Jadi, nanti kalau disuruh absen lagi harus pada hadir, ya! Biar Mas Wira dan Mbak Aulia segera mengisi kelas. Wkwk
Seperti biasa, bab ini panjang. So, jangan sampai kelewat satu kata pun.
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Wira mengintip dari kaca jendela kamar. Hari masih cukup gelap. Fajar belum menyingsing, tetapi dia sudah seperti agen FBI yang tengah menjalankan misi.
Sudah tiga hari Aulia terang-terangan menghindarinya. Tetangganya itu akan berangkat pagi-pagi sekali, bahkan ketika Wira masih baru bangun. Aulia juga akan pulang saat malam sudah larut.
Wira pernah mencoba menunggu, tetapi dia berakhir ketiduran di sofa. Dini hari dia terbangun, mobil Aulia sudah terparkir dan lampu kamarnya dibiarkan menyala dengan gorden tertutup—pertanda bahwa Aulia ada di kamar itu. Entah tertidur, entah begadang menonton marathon sebuah series drama. Wira tak bisa menebak apa yang biasa Aulia lakukan sepanjang malam.
Dia sebenarnya bisa saja menyambangi Aulia ke gedung Net TV, tetapi Wira tidak mau urusan pribadi mereka sampai dibawa ke tempat kerja. Pasti tidak nyaman bagi Aulia. Pun dirinya.
Jangan mengira Wira tidak mencoba menghubungi Aulia lewat telepon. Wira sudah melakukannya sejak awal, bahkan pesan berisi ajakan bertemu darinya belum Aulia balas sampai sekarang. Dibaca saja tidak.
Setelah tiga hari mengikuti permainan kucing-kucingan Aulia, hari ini Wira bertekad untuk mencegat wanita itu sebelum berangkat. Oleh karena itu, dia sengaja tidur lebih cepat semalam agar paginya bisa bangun lebih awal. Usahanya tidak sia-sia karena dia menemukan lampu kamar Aulia kini masih menyala. Artinya, Aulia belum berangkat atau bisa jadi masih terlelap.
Wira mengembuskan napas lega. Kali ini dia benar-benar tak akan membiarkan Aulia lepas. Lagi pula, apa susahnya sih, menjawab ajakan menikah darinya? Belum lagi kalau ingat bagaimana Aulia mengusirnya malam itu. Dia sungguh dibuat tercengang sekaligus terkagum-kagum. Pasalnya, Aulia menuduh dia mabuk, sementara wanita itulah yang habis minum.
Menarik sembarang kaus dari lemari, Wira beranjak turun. Dia menginginkan segelas kopi panas guna menghalau tubuhnya yang mengigil. Bagaimana tidak, demi memerangkap wanita nakal yang tega menggantung perasaannya, dia harus rela mandi di pagi buta. Kucuran air hangat pun tak banyak membantu.
Wira menjerang air di dalam teko. Sembari menunggu air itu mendidih, mendadak dia mendapat ide jenius. Dia buru-buru memeriksa rak dapur, lalu tersenyum girang melihat termos kecil miliknya masih tersimpan rapi di sana.
Tak sampai lima belas menit, termos kecil itu telah terisi penuh. Melirik jam dinding yang menggantung di tembok ruang tengah, Wira memperkirakan kapan Aulia keluar rumah hendak berangkat bekerja.
"Dua puluh menit lagi." Wira bergumam. Dia berdiri sembari mengusap dagu dengan pandangan mata belum beralih dari jam dinding. "Kayaknya, mending gue tungguin di luar sekarang daripada lolos lagi," putusnya bulat.
Wira menyambar termos kecilnya. Rencananya, dia akan duduk bersantai di taman Aulia sembari menunggu tetangganya itu keluar rumah. Dia begitu optimis dengan rencana yang dia buat seharian kemarin.
![](https://img.wattpad.com/cover/290764222-288-k810347.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AT THE SAME TIME [REPUBLISH]
ChickLitAulia Zaafrania Giania berjumpa lewat kejadian tak sengaja dengan Prawira Aditama. Keduanya pun memutuskan untuk menghadiri pernikahan Eros dan Alyka bersama. Namun, siapa sangka bila pesta pernikahan sahabatnya itu membawa Aulia ke depan gerbang ma...