Pagi, Dears!
Semalam Hara pengin update, tapi sudah malam banget, mending updatenya dipanjangin sekalian. Biar gak motong-motong bab.
So, bab ini beneran panjang.
Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.
Happy reading!
***
Aulia mengemas sisa sarapan yang telanjur banyak ke dalam beberapa kotak. Dia berencana membagikannya. Daripada dibiarkan di rumah dan tidak termakan, lebih baik dia bungkus untuk teman-teman di kantor yang belum sarapan.
Lagi pula, dia tidak yakin malam nanti dia berselera menyantap menu yang sama. Perkara makanan, Aulia jarang menyimpan makanan terlalu lama di kulkas. Selain karena dia suka lupa, terkadang dia melewatkan waktu makan. Terlebih jam makan malam yang mana lebih memilih mengistirahatkan badan.
Setelah membereskan dapur sebentar, Aulia langsung bergegas berangkat. Masih terlalu pagi, memang. Namun, mau bagaimana lagi? Diam di rumah juga tidak ada yang bisa dia kerjakan.
Berangkat lebih awal bukanlah sebuah ide yang buruk. Aulia tidak perlu berpikir keras memilih jalur mana yang bisa membuatnya sampai ke kantor lebih cepat. Kendati tidak sepenuhnya bebas dari macet, setidaknya tidak perlu berlama-lama berjibaku dirundung bosan.
Aulia mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas setir. Dia melirik ponselnya di dashboard yang sama sekali tak menampilkan notifikasi. Padahal tadi dia menyempatkan diri mengirim pesan pada Sisil. Sayangnya, sampai sekarang ponselnya sepi.
Priscillia Amanda
Lo masih di ruang editing?
Gue bawa makanan.
Jangan dulu beli sarapan.Melihat masih belum ada balasan apa pun dari Sisil, sesampainya di Net TV Aulia langsung menuju ruang editing. Biasanya, Damian atau Rayyan sering bersemedi di sana untuk merampungkan editing program. Jadi, besar kemungkinan Sisil juga ikut nimbrung memantau proses editing mereka selama semalaman.
Dia sempat melewati studio empat di mana Naka biasa siaran membawakan berita pagi. Beberapa menit lagi, sahabatnya itu pasti bebas tugas. Aulia berencana mengajak Naka ngopi setelah ini. Hitung-hitung sesekali dia yang mentraktir.
Aulia menekan handle pintu, lalu mendorongnya dengan entakan pelan. Kepalanya melongok ke dalam ruangan. Sepasang matanya sontak bersirobok dengan Rayyan.
"Lho, Mbak Aul? Sudah sehat, Mbak? Kok langsung masuk kerja saja, sih." Rayyan melepas earphone yang dipakainya. Kursi putarnya bergerak, membawa tubuhnya menghadap Aulia.
Aulia mengamati ruang editing sembari melangkah masuk. Jiwanya bak sedang bernostalgia. Dengan visual langsung, kenangan di setiap sudut ruangan menyeruak berhamburan.
Dia kembali melihat bayangan dirinya dan Alyka yang dulu sering begadang menemani Damian atau Rayyan. Pun masih lekat dalam ingatan bagaimana dia membujuk Alyka pulang saat Eros berencana melamar. Kini, kenangan itu telah tertinggal di belakang, meninggalkan Aulia seorang.
"Mbak! Woy!" Rayyan menggerak-gerakkan telapak tangan kanannya di depan wajah Aulia. "Lo malah ngelamun. Ya ilah!" decaknya.
Mengontrol selaput bening yang nyaris membuat pandangan matanya mengabur, Aulia tersenyum. Dia mengulurkan sebuah totebag besar berisi kotak-kotak makanan yang rapi tersusun.
"Belum sarapan, kan?"
Rayyan menerima totebag tersebut dengan antusias. Kedua matanya yang sepat kembali berbinar-binar. Berbanding terbalik dengan wajah kuyu dan kantung mata menghitam tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
AT THE SAME TIME [REPUBLISH]
ChickLitAulia Zaafrania Giania berjumpa lewat kejadian tak sengaja dengan Prawira Aditama. Keduanya pun memutuskan untuk menghadiri pernikahan Eros dan Alyka bersama. Namun, siapa sangka bila pesta pernikahan sahabatnya itu membawa Aulia ke depan gerbang ma...