ATST #19

1.2K 257 31
                                    

Pagi, Dears!

Hari ini Hara insyaAllah bakal double update. Satu update di pagi hari, satunya lagi nanti malam.

Tumben?

Karena Hara telanjur nulis kepanjangan. Jadinya, Hara pisah jadi dua bab.

Komentar yang banyak, ya. Siang nanti Hara bakal balesin komentar kalian dari bab-bab kemarin.

Yuk!

Vote, comment, and share cerita ini ke teman kalian.

Happy reading!








***





Keluar dari kamar mandi, Wira menggosok rambut yang basah dengan handuk. Sepagi ini dia sudah bangun. Matahari bahkan belum muncul. Kendati begitu, tubuhnya telah berlumur wangi sabun.

Wira berjalan ke tepi ranjang. Lampu kamar mandi yang belum dimatikan, menyebarkan cahaya remang. Netranya yang terbiasa dalam gelap semakin mudah menemukan ponsel yang semalam dia geletakkan sembarangan.

Dia mendesah ketika mendapati peringatan daya ponselnya yang memerah. Meluruskan tungkai, dia berjalan ke arah sofa. Dia membuka kantung depan ransel kerjanya. Merogohkan tangan ke dalam, dia mengambil charger guna menambah daya ponsel yang tersisa.

Sembari kembali duduk di tepi ranjang, pertama-tama Wira membuka aplikasi chat di mana notifikasinya lumajan bejibun. Terkhusus notifikasi dari grup kantor. Entah apa yang rekan kerjanya semalam diskusikan. Berkat absen nimbrung, dia harus rela memanjat chat yang nyaris mencapai seratus.

Bola mata Wira bergerak cepat ke kanan dan ke kiri. Dia membaca ringkas obrolan yang kebanyakan berisi guyonan rekan-rekannya. Tidak semua, memang. Ada beberapa chat penting yang sengaja dia notice baik-baik agar tidak lupa. Misalnya, tentang kesepakatan mereka yang siang ini akan menyambangi Lilian yang baru melahirkan putri pertamanya.

Semakin ke bawah, obrolan grup itu kian melebar ke mana-mana. Merasa tidak ada lagi yang penting, dia pun berniat menutup aplikasi chat. Sepertinya, seraya menunggu ponselnya mengisi daya hingga penuh, membuat secangkir kopi bukanlah ide yang buruk.

Iseng, sekali lagi jempolnya menggulir ruang obrolan grup ke atas. Meskipun dalam gerakan cepat, dia segera berhenti menggulirkan layar karena terpaku pada namanya yang mulai disebut-sebut. Penasaran, dia mulai merunut awal mula namanya menjadi bahan obrolan.

@johannes : @prawira kau tadi di PIM? Sama cewek, bukan?

@hansel : Eh? Keciduk juga akhirnya ... Btw, Bang, gimana ceweknya Wira? Cantik? Boleh dong, Bang, spill foto mereka lagi jalan. No picture, HOAX!

Detik berikutnya, Wira sontak membelalak. Johannes benar-benar mengirimkan sebuah foto. Foto yang sengaja diambil diam-diam saat dirinya dan Aulia berada di stan daging. Dengan angel yang pas, dia terlihat seperti seorang suami yang sedang menemani istri berbelanja.

Bagaimana tidak, dia memegang troli dengan satu tangan. Sementara tangan yang lain mengambil satu kotak daging yang Aulia tunjukkan. Mereka saling melempar senyum dengan sorot mata berbinar. Setidaknya, seperti itulah foto yang Johannes kirimkan terlihat.

Kenyataannya, pada saat itu Aulia bertanya apakah besok pagi Wira keberatan sarapan dengan daging lagi atau tidak. Pasalnya, tetangganya itu bercerita bahwa daging lada hitam buatannya selalu berhasil membuat papanya betah di rumah. Aulia bahkan berjanji akan membuatkan bekal makan siang jika memang Wira menyukai masakannya.

AT THE SAME TIME [REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang