Hai,
-
Jongin berdiri depan pintu rumah orang yang dia maksudkan. Dia gak mau nunda waktu lebih lama dan berbaik hati lagi. Dia udah jadi orang bodoh yang mau-maunya makan omong kosong dari orang yang gak pernah dia kenal sebelumnya. Dia sendiri bingung, kenapa kepekaannya tiba-tiba hilang waktu berhadapan sama Kirana dan keluarganya? Jejen bener, Jongin itu orang paling peka dan gampang baca karakter orang lain, lalu kenapa sekarang mendadak jadi dungu?
Pintu kayu bercat mengkilat itu diketuk dan bisa dia denger seruan dari dalem. Dia kenal suara itu. Si kepala keluarga.
Gak lama pintu kebuka, memperlihatkan wajah orang tua laki-laki Kirana yang sekarang senyum semringah natap ke arah Jongin.
“Oh Nak Izar, silakan masuk. Mau cari Kirana ya? Kirananya masih di dalem bantuin ibunya masak. Kebetulan sekali Nak Izar dateng jadi bisa ikut makan.” kata Bapaknya Kirana panjang lebar.
Jongin pasang senyumnya kemudian ngasih balesan,
“Saya gak cuma mau ketemu Kirana, tapi saya mau ketemu sama kalian semua.”
Bapaknya Kirana, yang setelah ini kita sebut sebagai Pak Dodi, berhenti bentar. Dia berpikir beberapa saat kenapa Jongin mau ketemu sama orang satu keluarga. Senyumnya ngembang lebar kemudian, dalam hati berbunga-bunga dan berharap kalau maksud Jongin mau ketemu mereka sekeluarga karena mau ngomongin tentang kelanjutan hubungan antara Jongin sama Kirana.
“Wah dengan senang hati, Nak Izar. Silakan duduk, silakan duduk.” Pak Dodi giring Jongin ke ruang tamu kemudian dia masuk buat manggil istri sama dua anaknya.
Jongin diam di tempatnya sambil masang senyum miring tipis.
Gak begitu lama akhirnya Pak Dodi dan keluarga udah ngumpul di hadapan Jongin. Kirana dateng dengan wajah semringah, dia sempetin buat moles wajah cantiknya dengan sedikit make up biar kelihatan lebih fresh dan ayu di hadapan Jongin.
“Ada perlu apa, Zar? Harusnya bilang dulu tadi biar aku bisa siap-siap, mama juga biar bisa nyiapin bahan makanan lebih banyak.” kata Kirana, bibirnya mencebik.
Jongin senyum, kepalanya geleng.
“Gak perlu repot-repot, Kirana, tapi terimakasih niat baiknya.” katanya.
“Jadi, ada hal apa kamu mau ketemu kita semua, Zar? Apa mau cepet-cepet seriusin adekku?” kata abangnya Kirana, sebut saja Bang Jaki.
Jongin ketawa pelan, yang mana bikin perasaan Kirana dan keluarganya makin membumbung aja. Kayanya kedatangan Jongin emang mau seriusin Kirana.
“Kalau kamu emang pengen cepet-cepet seriusin Kirana, mau nikah muda kaya anak-anak jaman sekarang, Ibu sama Bapak gak keberatan, Nak Izar.” kata ibunya Kirana, kita sebut sebagai Bu Sumi.
Jongin nundukin kepalanya sambil senyum, tapi habis itu ngangkat kepalanya dan nunjukin wajah datarnya sebagaimana dia datang tadi sembari berucap,
“Sayangnya kedatangan saya ke sini bukan untuk itu.”
Seketika senyuman yang semula terpasang apik di wajah Kirana dan keluarganya luntur.
“Lalu untuk apa, Zar?” tanya Jaki.
“Saya ke sini karna mau mengakhiri hubungan saya sama Kirana.”
Kaya ada suara petir yang menyambar di siang hari, Kirana kaget bukan main dan dadanya langsung nyut-nyutan.
“Izar, kamu bercanda kan?” tanya Kirana, matanya udah merah dan siap buat numpahin air matanya.
“Buat apa bercanda, gak ada untungnya bercandain hal kaya gini. Aku pacaran sama kamu aja gak ada untungnya, yang ada hidupku jauh lebih menderita karna semua yang kupunya mendadak lenyap. Cukup sampai sini aja aku dibodohi, aku gak mau lebih bodoh lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Pak Chanyeol [Season 2] ✔
FanficBuku ini merupakan kelanjutan dari buku sebelumnya. Menceritakan tentang kehidupan Haris Chanyeol dan keluarganya. Merawat dua anak yang masih kecil tapi aktifnya bukan main, serta si besar yang kini sudah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi...