.
.Setelah makan malam mark dah haechan kembali ke kamar mark.
Haechan pergi kekamar mandi untuk menyikat gigi dan mencuci muka sebelum tidur.
Setelah kegiataan bersih bersih sebelum tidur,haechan mendekat ke arah mark,lebih tepatnya ke arah kasur.
Haechan duduk di ujung kasur sebelah kiri.
Ia memulai obrolan dengam mark.
"Mark, apa kau tau sekarang orang tuaku di mana? Lebih tepatnya ayahku" ucap haechan hati hati,sebab mark ini kan yang di rugikan ayahnya,takut takut malah mark emosi karna ia mengungkit tentang itu.
"Dia tinggal di tempat yang berbeda beda,tak menentu,seperti orang tak di terima bumi mungkin?" Dengan mengedikkan bahunya.
"Channie,tidur lah sudah malam" setelahnya mark merengkuh pinggang ramping itu agar ia peluk.
Pengganti guling...
"Mark" panggil haechan yang sudah ada di rengkuhan mark, wajahnya ada di dada bidang milik mark.
Ia mendongak setelah memanggil nama mark.
"Hm?" Gumamnya.
"Apa kau tidak marah padaku?,karna perlakuan ayah?" Tanya nya.
"Untuk apa?" Tanya mark balik.
"Ya karna ayah sudah membawa lari uangmu"
"Sebenarnya aku marah,tapi aku lebih marah karna ayahmu malah menjual orang seberharga dirimu shunsine" ucap mark dengan nada lembut, membuat hati haechan menghangat.
"Kau tau? Aku bingung harus berterimakasih atau harus membunuh ayahmu"
Perkataan mark membuat haechan bingung.
"Aku berterimakasih karna berkatnya kau ada di sini sekarang bersama ku,namun aku juga ingin menonjoknya,mengapa ia tega menjual mu demi uang" ada nada kesal di ucapan mark kali ini.
Namun masih bisa ia kontrol sebab ia tak mau membuat haechan takut jika ia tiba tiba meluapkan emosinya mengingat ayah haechan yang brengsek itu.
"Kenapa kau mau menerima aku sebagai ganti uang ayah? Padahal aku tak ada harganya bahkan ayah mencampakan ku begitu saja" ucap haechan getir,sungguh mengapa sial sekali sih hidupnya.
Dari ia kecil orang tuanya menyiksanya,hingga ia dewasa, mencari uang di saat anak anak lain menikmati masa kanak kanaknya dan masa remajanya.
Lahir di keluarga yang miskin, ibu yang suka menghamburkan uang, ayah yang suka berjudi dan mabuk mabukan.
"Kau itu berharga sayang, hanya mereka saja yang bodoh menyia nyiakan dirimu" mark mengeratkan pelukannya pada pinggang haechan.
Tanpa sadar perkataan mark membuat pertahanan haechan runtuh,ia menangis di dalam dekapan mark.
"Hiks, k-kenapa harus kau yang berucap seperti itu hiks, kenapa ayah dan ibu selalu bilang aku adalah beban hiks"
Mark tau rasa sakit yang selalu di pikul haechan,benar benar sialan keluarga itu.
Ingin rasanya mark menggal mereka,karna menyakiti pudunya.
"Ssst,hey hey sudah jangan menangis, kau akan bahagia di sini, bersamaku" ucap mark sambil mengelus punggung bergetar haechan.