❇ 𝐕𝐚𝐥𝐝𝐚 ❇

5 5 0
                                    

" Memilih mengalah bukan
berarti kamu kalah."

.
.
.

Happy Reading

.
.
.

Suara tawa membuncah. Membuat semua orang memperhatikan gadis itu. Ketiga temannya juga heran kenapa dia tertawa keras seperti itu seakan ia sudah memenangkan lotre.

Bulan juga tersentak kaget. Suara tawa itu seakan menjadi ancaman baginya. Rechill yang melihat keterkejutan Bulan langsung memegang tangannya.

"Mening kita pergi!" bisik Rechill yang sedikit menarik tangan Bulan.

"Lo kenapa sih, Val?"

"Dah yok, jan ganggu camaba. Kasian!" bujuk gadis lainnya.

Gadis itu menolak dengan isyarat tangannya, ia berjalan maju mendekati Bulan dan Rechill yang hendak pergi tadi. "Gue rasa gue kenal sama lo." kedua sahabatnya menyerah. "Coba Balik badan lo!" titahnya.

Bulan langsung membalik badannya. Entah kenapa, itu terjadi secara otomatis. "Aku rasa ini pertama kalinya, aku ketemu sama Kakak." cicit Bulan memberanikan diri.

"Mmm, tapi keknya lo nggak asing deh."

"Valda!!!" teriak seseorang yang berhasil menarik perhatian gadis itu. Ya, namanya Valda.

Bulan mendongkakan kepalanya saat warna suara itu terlihat di depan matanya. Ini warna suara Bintang. Benar saja Bintang berdiri tak jauh darisana. Sekarang ia terlihat berlari mendekat.

Gadis bernama Valda tadi langsung menyelipkan rambutnya ke telinga. "Eh Bintang." sapanya genit. "Ada apa?" perlahan tapi pasti Valda nampak merangkul tangan Bintang. Karena pergerakan Valda itu, Bintang juga sedikit meresa risih. Tapi ia harus menahannya. Ia melihat Bulan tidak baik-baik saja dengan kehadiran Valda.

Bintang terlihat mengacuhkan Bulan. Hal itu membuat Rechill mengernyit bingung. Baru kali ini ia melihat lelaki itu mengacuhkan Bulan. Biasanya kalau ada kesempatan langsung nyerobot ngajak ngobrol Bulan.

"Katanya kita mau ngerjain tugas bareng." gantian sekarang yang mengernyit keheranan.

"Tugas apa, Bin?" tanya Gadis tinggi yang merupakan teman Valda.

"Itu loh tugas dari si dosen HI." kata Bintang.

"Lha iya, Val, kita musti pergi nugas gue lupa bilang."

Akhirnya Valda diseret paksa kedua gadis itu. Sebelum pergi mengikuti tiga gadis itu Bintang mengedipkan sebelah matanya pada Bulan dan dibalas senyuman oleh gadis itu.

"Untung ada Bintang." Rechill mengelus dadanya menghela napas lega.

"Hmm, untung ada dia."

"Tapi, kenapa tadi lo ngelarang gue buat ngehajar tuh cewek satu? Ngeselin sumpah, gayanya sok banget."

"Jangan gegabah Sil, kita nggak tau dia lagi rencanain apa?" Rechill sontak menatap Bulan bingung. "Rencana apa?" tanyanya.

"Aku tau Valda sebenarnya kenal sama aku." kata Bulan yang berhasil menarik perhatian Rechill.

"Whoa, aktingnya bagus banget gila." Rechill menggeleng tak habis pikir sambil bersiap menggulung lengan bajunya.

Rasa ingin menghajar Valda meningkat drastis. Tapi, ia juga bingung bagaimana bisa Bulan tahu kalau Valda sebenarnya mengenal Bulan. Padahal tadi Rechill yakin jika Valda sedang sok Senioritas pada Bulan.

Bulan memutar tubuhnya segera berlalu dari tempat itu. Masalahnya, aura Valda sampai sekarang masih belum hilang. Aura kebohongan yang membuat Bulan muak.

I'M PRINCESS? IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang