❇ 𝐓𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠? ❇

4 1 0
                                    

.
.
.

Happy Reading

.
.
.

Kini Luna datang ke istana Semesta, ia menatap bangunan megah di depannya itu. Surya nampak sudah menunggunya. Bintang? Dia pergi beberapa waktu yang lalu karena desakan managernya untuk istirahat total.

Surya nampak menyambutnya ketika Luna masuk kesana. Mereka langsung digiring menuju sebuah ruangan untuk berbincang berdua. Ini adalah permintaan Luna kemarin malam untuk bertemu secara empat mata dengan Surya.

Surya juga nampak memasang muka dingin. Dia masih belum bisa menerima Luna sepertinya. Alhasil dengan muka masam itu dia meminum teh dari cangkirnya dengan acuh tanpa berkata apapun.

"Gue udah ketemu sama Bulan," kini Surya nampak tertarik dengan topik pembicaraan itu. Tapi, dia juga masih acuh.

"Bulan baik-baik saja, jauh dari perkiraan. Paviliun Diamond sangat layak untuk ditinggali," kini antusiasme Surya nampak menurun.

"Disana juga Bulan nemuin sesuatu yang aneh," masih tidak ada perubahan ekspresi yang signifikan dari Surya, "Gue sama Bulan butuh bantuan lo sekarang, so please bisa dengerin gue nggak?" gertak Luna yang tanpa basa-basi langsung membalik tubuh Surya.

"Apa?"

Satu jawaban singkat yang cukup membuat Luna naik pitam. Tapi, dia masih mencoba untuk mengontrol dirinya agar tidak memukul wajah datar Surya. Rasanya mengesalkan.

"Pertama, bawa gue buat ketemu selir Aurasha, gue mau ngomong sama dia."

Tanpa kata apapun Surya berjalan mendahului Luna menuju paviliun Crystal tempat tinggal selir Aurasha dan Sekar. Luna berusaha keras untuk tidak mencaci lelaki didepannya. Yah, ia juga ingat perilakunya Surya memang berubah setelah kejadian kemarin.

Begitu sampai disana selir Aurasha nampak sedang berbincang dengan beberapa orang di ruang utama paviliun itu. Hingga ketika ia menyadari Luna yang berjalan mendekatinya ia tersenyum simpul pada Luna.

"Kalian bisa pergi dulu, kita bahas ini nanti," katanya pada orang-orang itu yang langsung membuat mereka pergi darisana.

Luna langsung menghampiri Aurasha yang sudah membentangkan tangannya untuk memeluk gadis itu. Mereka berpelukan dengan sangat hangat bak ibu yang baru bertemu dengan anaknya yang merantau.

"Udah gede aja nih bocah," ledek Aurasha.

"Iya dong."

Kemudian mata Aurasha menatap Luna dengan tatapan yang sendu dan mengecup pucuk kepala gadis itu. Matanya nampak sedih. Ia mengusap punggung gadis itu lembut.

"Kamu nggak papa, kan?" tanya Aurasha yang langsung membuat pertahanan Luna runtuh.

Luna menghela napas kecil untuk menahan rasa sedihnya. Ia mengangguk sangking takutnya suara sedihnya akan kentara.

Aurasha bagi Luna adalah seorang Ibu. Dia dari dulu diasuh oleh Aurasha. Bertahun-tahun Luna menganggap dirinya adalah anak pelayan beruntung yang diasuh oleh seorang wanita bangsawan dan keluarga kerajaan.

Menginjak umur 13 tahun, Luna tahu pengorbanan selir Aurasha untuk mempertahankannya. Aurasha sampai berdebat dengan raja dan ratu kerajaan Semesta untuknya. Sampai saat itu ia akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari Istana. Disitulah ia bertemu dengan Zio.

Dan menjadi dua anak brokenhome yang saling melengkapi. Keduanya bekerja keras untuk kehidupan seperti sekarang dengan bantuan Sekar yang diam-diam menanggung financial kedua orang itu.

Hidupnya yang sengsara terus berlanjut berkali-kali di pecat dari pekerjaan dan merasakan pahitnya kehidupan, sampai saat umurnya menginjak 23 tahun barulah ia tahu soal Bulan. Soal kerajaan Angkasa dan soal dirinya yang ternyata berkaitan dengan keduanya.

Ia mendengar dari percakapan selir Aurasha dan salah satu pelayanan disana saat berkunjung ke paviliun crystal. Tentang Luna yang adalah anak dari kerajaan Angkasa. Itulah awal dari seorang Luna yang berencana merebut tempatnya kembali.

"Udah jangan sedih ya, maafin bunda yang nggak bisa bantu."

Luna menggeleng, "Bunda nggak salah, ngapain minta maaf?"

Keduanya lanjut saling memeluk untuk menenangkan kesedihan mereka. Hingga Aurasha buka suara.

"Jadi, kamu udah siap cerita sama Bunda?"

Luna mengangguk. Dalam posisi yang sama Luna menceritakan semuanya pada Aurasha, tentang dirinya yang tidak sengaja mendengar percakapan Aurasha sampai saat ini terjadi. Tak ada yang terlewat sedikitpun.

Surya yang mendengar itu juga mulai meluruh. Ia menatap Luna iba. Ternyata ada kehidupan sulit yang dilalui gadis yang ia benci ini.

"Tapi, sekarang aku curiga," kata Luna. Surya mengangkat sebelah alisnya, keheranan.

"Curiga?" tanya Aurasha.

Luna mengangguk membenarkan pertanyaan Aurasha tadi, "Terlalu banyak misteri. Contohnya, muka aku sama Bulan, jadi aku mau nanya sama bunda. Ada yang bunda tahu soal perang kerajaan angkasa dimasa lalu?" tanya Luna.

Aurasha nampak sedang berpikir keras, ia menatap ke udara yang kosong. Lalu berkata, "Yang bunda tahu dari pelayan yang membawa kamu, saat itu bukan perang seperti yang kalian bayangkan. Beberapa pihak dari Ratu Dahlia diam-diam melakukan kudeta terhadap selir Lathasia, dan ada rumor yang beredar dalam kudeta itu Raja Gumilar meninggal karena diracuni. Saat itu fokus raja Gumilar hanya satu, melindungi kedua putrinya yaitu kamu sama Bulan, dan saat itu kamu datang ke istana ini dibawa oleh salah satu pengawal dan diberikan pada Lastri, pelayan yang membuat kamu mengenal bunda,"

"Beberapa saat kemudian kerajaan angkasa menurunkan pengumuman berupa meninggalnya Raja Gumilar dan Selir Lathasia karena penyakit menahun. Anehnya saat itu orang-orang kalangan bangsawan hanya mengatakan bahwa Putri Bulan hilang. Padahal kamu juga adalah Tuan Putri dari kerajaan angkasa..."

Luna langsung melepaskan pelukan Aurasha karena merasa aneh dengan penjelasan Aurasha.

"Bentar-bentar, aku bingung. Jadi, aku adalah tuan Putri Luna dan Bulan adalah Tuan Putri Bulan. Jadi identitas kami?"

Aurasha mengangguk, "Identitas kalian sama sekali tidak tertukar. Satu lagi yang membuat bunda aneh. Kenapa kerajaan angkasa mengonfirmasi tentang Bulan yang adalah anaknya Lathasia? Setahu aku Lathasia tidak memiliki anak perempuan," Aurasha kini juga jadi bingung sendiri.

"Hah?" Luna nampak kebingungan.

Surya kini juga nampak berpikir, "Ada banyak hal janggal," gumamnya.

Aurasha yang diapun juga tampak menyetujui kecurigaan Surya. Terlalu banyak hal janggal dalam kejadian itu. Kebenarannya masih janggal.

"Gimana bunda bisa tahu soal selir Lathasia?" tanya Luna.

"Bunda pernah ketemu Lathasia satu kali, waktu perjamuan minum teh. Jauh dari kejadian itu dia membawa bayi laki-laki bersamanya atau aku salah kaprah?"

Luna kembali berpikir keras soal ini. Kenapa setelah mendengar penjelasan dari Aurasha dia malah tambah rumit? Seakan ada sebuah tali yang setelah diotak-atik malah semakin terbelit. Tidak ada titik terang sama sekali.

Beberapa saat kemudian Luna nampak terlonjak kaget dengan opininya sendiri sampai ia spontan berdiri. Matanya membelalak sempurna. Hal itu sontak membuat Aurasha dan Surya terkejut bukan main.

Luna nampak menggelengkan kepalanya, "Nggak Luna, lo gila," Luna tertawa tapi kemudian ia tiba-tiba berhenti.seperti orang gila. Matanya menatap Aurasha dengan tatapan misterius, "Tolong bilang sama aku kalo ini salah?" pintanya.

❇❇❇

TBC...

I'M PRINCESS? IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang