❇ 𝐊𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧 𝐒𝐮𝐜𝐢 ❇

2 1 0
                                    

.
.
.

Happy Reading

.
.
.

Setelah fakta itu terungkap Luna selalu tak fokus untuk kuliah. Dia sangat merasa bersalah untuk Bulan. Seharusnya dia tidak bertindak gerah seperti itu.

Benar kata Bulan, sifatnya memang akan jadi boomerang buat Luna sendiri.

Seharusnya dia bersikap seperti Bulan yang menilai sesuatu dari dampak kedepannya bukannya bertindak gegabah dan mencari pembenaran dibalik kata berani. Sekarang malah Bulan yang menjadi korbannya. Saudara kembarnya.

"Tuan Putri?" panggil seseorang yang membuat Luna tersadar dari lamunannya.

Satu orang di istana ini yang tetap baik pada Luna. Dia adalah Rechill yang selalu ada disamping Luna. Entahlah kenapa dia tidak membenci Luna, yang bahkan sudah membuat Bulan di kurung di paviliun diamond.

"Ngelamun lagi," komentarnya.

Luna tersenyum kala mendengar hal itu. Tapi dia kembali bungkam karena tidak tahu harus bagaimana dia menanggapi ucapan Rechill kali ini.

"Kelas udah bubar, tuan putri masih mau di kelas?" tanya Rechill.

Spontan mata Luna mengedar keseluruh area kelas. Luna baru menyadari bahwa kelas sudah benar-benar berakhir. Luna langsung mengemas barang-barangnya tanpa babibu.

"Tuan Putri, akhir-akhir ini Tuan Putri selalu melamun. Ada masalah?"

Luna tersenyum dan mengangguk. "Dari waktu Bulan di asingin ke paviliun Diamond, gue ngerasa akhir-akhir semuanya kayak berat banget."

Rechill mengangguk paham. Ia juga mengerti perasaan Luna. Rasa kehilangannya sangat tiba-tiba.

"Tapi," seru Luna seraya beralih menatap Rechill, "gue heran sama lo. Kenapa lo nggak marah sama kayak mereka? Sikap lo ke gue masih tetep sama."

Rechill sontak mematung diam. Dia kemudian menatap Luna dalam. "Karena anda terpaksa. Anda juga tidak suka dengan keputusan yang mulia. Anda sebenarnya cukup baik juga."

Mendengar penjelasan Rechill itu membuat Luna tersenyum kagum. Dia nampak seperti pendekar di luar, lembut di dalam, tapi pemikirannya sangat dewasa. Darimana Bulan menemukan gadis ini? Rechill memang sesuatu.

"Cukup baik?"

"Haruskah saya menurunkan penilaian saya?"

Luna terkekeh. "Yang tadi udah lebih dari cukup."

Rechill tersenyum tipis dan tangannya kembali asyik memainkan handphonenya. Sebelum ia kembali berkata, "tuan putri?" panggilnya.

Luna membalas panggilan itu dengan dehaman kecil seraya beranjak dari kursinya.

"Jadi rencana Anda selanjutnya bagaimana?"

Luna yang sudah melangkah duluan dari Rechill langsung berhenti ditempat. "Mencari seseorang," katanya.

"Tuan Putri!" panggil seseorang yang langsung menarik perhatian Luna.

Zio berdiri di ambang pintu sambil mengacungkan map coklat dan berkas ditangannya. Hal itu langsung membuat Luna tersenyum. Zio memang bisa diandalkan, pikirnya.

❇❇❇

Luna kembali diam-diam menyusup menuju paviliun diamond untuk bertemu Bulan. Dia harus mendiskusikan berkas dari Zio dengan Bulan.

Bulan kembali menyambutnya hangat diskusi serius pun dimulai didepan white board itu. Kedua gadis itu menatap serius kearah sana.

I'M PRINCESS? IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang