❇ 𝐖𝐡𝐨 𝐈𝐬 𝐓𝐡𝐞 𝐑𝐞𝐚𝐥 𝐏𝐫𝐢𝐧𝐜𝐞𝐬𝐬? ❇

2 1 0
                                    

.
.
.

Happy Reading

.
.
.

"Jangan mendekat!" pekiknya waspada. Dia langsung meringkuk dipojokan tanpa memperdulikan luka ditangannya karena selang infus yang ia lepaskan secara paksa.

Melihat hal itu mereka berempat bisa merasakan keadaan Traumatis Sekar.

"Kar, ini gue Luna!" kata Luna yang perlahan mencoba mendekat kearah Sekar.

"Luna?" tanyanya.

Luna mengangguk dan masih mencoba mendekat pada Sekar. Tapi, Sekar yang awalnya meluluh langsung berteriak dengan kasar. "JANGAN MENDEKAT!"

Luna langsung reflek mundur dan tak berani mendekat. Saat itu Zio maju dengan sendirinya dengan berani dan berjongkok di belakang Sekar, dan menepuk kepalanya dengan lembut lalu mengusapnya dengan berani.

Tapi Sekar malah langsung mencoba memukul Zio. Surya mencoba untuk maju dan menolong Zio. Tapi, Bulan menahannya.

Zio juga langsung menahan serangan itu dengan tangannya. Bisa dipastikan tangan Zio sekarang sudah membiru karena kena hantaman keras tangan Sekar. Hingga pada akhirnya Zio menahan tangan Sekar. Tapi Sekar mencoba melepaskannya.

"Sakit bego!" keluh Zio.

Barulah saat itu Sekar berhenti memberontak dan memberanikan menatap Zio. "Zio?" gumamnya dengan suara yang perau.

Zio mengangguk. "Iya Gue Zio."

Tanpa disangka Sekar langsung menjatuhkan kepalanya ke dada bidang Zio. Ia menangis tersedu-sedu. Kini korbannya adalah baju Zio yang diremas olehnya.

"Zio... Dia... Dia..."

"Ssttt... Sekarang kamu istirahat dulu ok?" Sekar nampak sedikit tenang.

Saat itu dokter masuk dengan para suster. Zio tanpa membuang waktu langsung membaringkan Sekar di kasur Rumah sakit. Tapi genggaman erat tangannya di baju Zio membuat Zio tertahan.

"Zio, jangan tinggalin gue!" Zio menatap dokter dan Suster disana. Mereka akhirnya menyetujui Zio untuk mendampingi Sekar.

Drrtt...

Dering handphone Surya mengalihkan perhatian Surya. Ia nampak membaca serius isi dari pesan itu. Kemudian berkata. "Lan, kita di panggil buat ngehadap ke istana!" katanya pada Luna dan Bulan.

Luna memegang bahu Bulan dan berkata. "Lo aja yang pergi, gue masih shok. Takutnya nanti gue salah ngomong."

Bulan mengangguk sebelum pergi keluar bersama dengan Surya. Sepertinya urusan statement yang tadi pagi masih menjadi perdebatan.

Setelah melihat Sekar kembali relax karena kbat penenang yang di berikan dokter Luna langsung menghela napas lega.

Karena sepertinya dirinya akan menjadi nyamuk disini. Lebih baik Luna pergi sekarang. Berlama-lama disini malah akan mencari penyakit hati bagi dirinya.

Baru saja berjalan beberapa langkah di koridor saat hendak pergi ke kantin. Luna melihat manager Bintang yang tengah kesusahan sendiri. Ia juga sibuk dengan telpon yang terus berdering.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk mendekatinya dan bertanya.

"Anda sepertinya sedang sibuk?"

"Ahhh... Tuan putri!" sapa manager itu yang langsung menunduk hormat.

Hal itu membuat Luna membungkam mulutnya. Ia lupa memakai kacamatanya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Luna lagi.

I'M PRINCESS? IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang