2️⃣7️⃣

668 55 50
                                    

💟💟💟

.

.

.

Maaf,,, yang kemarin hanya prank ya... 😅

.

.

.

Happy reading... Good night and have a nice dream... 🥺

.

.

.

"Daddyhhh... Hentikannnhhh... Biarkan saya menyelesaikan masakan ini dulu. Jangan terus memainkan dada saya Daddy... Nanti masakan saya gosong..."

Ardan yang sedang memasak di dapur di ganggu aktivitasnya oleh Taavi yang baru saja bangun dari tidurnya yang tak lelap itu.

Karena dia merasa trauma, saat tak mendapati kehangatan tubuh Ardan di sampingnya. Dia takut, jika penyatuan mereka itu sebenarnya hanyalah sebuah mimpi belaka.

"Tapi aku kangen banget sama kamu Baby... Kenapa kamu malah meninggalkan aku di kamar sendirian, hmmm?"

Tangan Taavi terus saja bergerilya di dalam kaos oblong kebesaran milik Ardan. Dia tak berhenti memainkan puting Ardan yang kini sudah mengeras akibat ulah tangan uletnya itu.

Ardan pun memutar bola matanya malas. "Saya kan tidak kemana-mana Daddy.... Saya hanya ke dapur untuk menyiapkan sarapan buat kita."

"Kau kan tidak perlu memasak Baby...., kita bisa memesannya dari luar saja, hmmm?"

Taavi menghirup dalam-dalam aroma tubuh Ardan. Dia sangat suka memeluk Ardan dari belakang seperti ini.

Apalagi tinggi mereka yang hampir sama itu, malah memudahkan tubuhnya untuk merasakan tiap jengkal kehangatan tubuh Ardan saat mereka berpelukan.

"Daddyhhh... Hentikannnhhh..."

Ardan segera mematikan kompornya begitu merasakan tangan besar Taavi mulai menelusup masuk kedalam celana pendeknya. Tangannya mencekal dan mengeluarkan tangan Taavi yang mulai menjamah tubuh bagian intimnya.

Kemudian dia berbalik menghadap pada Taavi sambil berkata. "Daddy!!! Semalam kan kita sudah melakukannya. Sekarang lebih baik Daddy cepat cuci muka, dan ayo kita segera sarapan!!!"

Ardan mendorong pelan tubuh Taavi yang kini berjalan mundur agar tetap bisa melihat wajah cantiknya. "Saya heran, apa tangan Daddy yang terluka akibat sabetan pisau kemarin malam tidak sakit? Kenapa Daddy maunya begituan terus sih?!!" Ardan benar-benar merasa gemas dengan kelakuan Taavi.

Bukannya takut karena di omeli oleh Ardan, Taavi malah terkikik geli. "Tapi aku mau lagi Baby,,, kita sudah hampir setengah tahun tidak melakukannya. Yang semalam itu masih kurang... Dan aku tentu masih sangat bisa kalau harus menahan luka yang hanya seperti ini saja." Taavi pun menunjukkan tangannya pada Ardan.

"Tapi aku sangat tidak bisa, kalau harus menunda atau menahan sakitnya inti kenikmatan ku yang tidak bisa memasuki lubangmu. Padahal kau sudah ada di depan mataku seperti ini..."

Dia menangkap tangan Ardan yang mendorong dadanya dan menariknya ke dalam pelukannya. Namun saat dia mau mencium Ardan, Ardan menghalaunya menggunakan telapak tangan.

Blue And Grey (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang