2️⃣6️⃣

611 61 82
                                    

💟💟💟

.

.

.

.

.

Dengan sangat terburu-buru, Aeera terus saja berlarian di koridor sebuah rumah sakit. Karena beberapa saat yang lalu, dia mendapatkan sebuah telepon dari kepolisian, yang mengatakan bahwa suaminya, Taavi Dhananjaya Haedar mengalami insiden tindak kriminal, yaitu penusukan.

Semenjak mendapatkan kabar itu, Aeera tak henti-hentinya mengumpat dalam hati.

Dia merutuki kebodohannya yang menyuruh seorang gelandangan untuk menusuk Ardan. Harusnya dia menyewa jasa seorang pembunuh bayaran yang sudah profesional saja. Jadi insiden seperti ini tidak mungkin akan terjadi pada suaminya.

Namun tak dapat di pungkiri, Aeera merasa sangat iri pada Ardan. Dia sangat yakin, Taavi kena tusuk karena ingin menyelamatkan Ardan.

"Sebenarnya disini Ardan yang memang beruntung, atau Taavi yang bodoh sih?" Gumamnya lirih sambil terus berlari menuju ruangan yang katanya di tempati oleh Taavi itu.

Sesampainya di depan pintu ruangan itu, tanpa perlu memeriksa untuk yang kedua kalinya, Aeera langsung menerobos masuk kedalam.

Betapa terkejutnya dia saat mendapati Ardan, Harraz dan Jazmi sudah berdiri di samping ranjang Taavi. Sedangkan Taavi sendiri sedang tergolek lemah dan dalam kondisi tidak sadarkan diri di atas ranjangnya.

Dengan begitu murkanya, Aeera langsung menghampiri Ardan dan hendak menamparnya. Namun tangannya di tahan oleh Ardan.

"Apa yang mau ibu lakukan?!!" Ardan menatap tajam ke manik mata Aeera yang sudah membulat seolah akan keluar dari tempatnya.

"Lepaskan!!!" Aeera menghempaskan tangannya sendiri dengan sangat kuat sampai bisa terlepas dari genggaman tangan Ardan.

"Lihatlah!!! Berkat kekeras kepalaan mu, Taavi harus mengalami semua ini!!!" Aeera berteriak tepat di depan muka Ardan.

"Apa maksud ibu?!!" Ardan tak gentar. Sedikitpun dia tak mengalihkan pandangannya dari iris mata Aeera.

"Iya. Apa maksudmu Aeera? Semua ini hanyalah kecelakaan. Ini semua bukan salah Ardan." Harraz mencoba untuk menengahi ketegangan yang sedang terjadi di ruangan itu.

"Hah!!! Bukan salahnya katamu?!! Memangnya kau tahu apa?!! Hah?!!" Aeera menatap remeh kepada Harraz.

"Asal kalian tau, seandainya saja dia!!! Gay jalang ini!!!" Aeera menunjuk tepat pada wajah Ardan yang mulai mengeras. "Tidak keras kepala untuk menahan Taavi agar tetap disisinya, Taavi pasti tidak akan kena tusuk hari ini."

"Huuuuuuft...." Ardan menghembuskan nafas panjang untuk meredakan emosinya sebelum mulai menjawab tuduhan dari Aeera.

"Tapi saya tidak pernah menahan bapak agar tetap berada di sisi saya. Semenjak hari dimana ibu memberi tahu bahwa bapak hanya memanfaatkan kemiripan wajah saya dengan mantan kekasihnya, saya sudah tidak punya hubungan yang seperti itu lagi dengan beliau. Harusnya ibulah yang paling mengetahui tentang semua ini. Benarkan?"

Blue And Grey (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang