fiveteen

1.9K 188 28
                                    

Winwin berjalan pelan hingga berhasil menemukan dispenser yang disebut Mark tadi. Ia menggunakan cup kertas yang tersedia di dekatnya. Mengambil sedikit perpaduan air hangat dan dingin yang dicampurnya untuk menangkan rasa haus dalam tenggorokannya.

Jujur saja, ia sangat ingin menolak ajakan makan malam dirumah ini. Pertama karena ia rindu pada anaknya juga suaminya. Dan kedua.. ia mungkin akan merasa tak nyaman jika harus makan bersama mantan kekasihnya.

Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah terlanjur mengiyakan tawaran tadi. Ada baiknya dia mulai mempersiapkan diri, atau memberi tahu Yuta terlebih dahulu? Ah, benar juga. Ia belum mengabari suaminya sama sekali sejak tadi.

Tak butuh waktu lama bagi suaminya untuk selalu mengangkat teleponnya.

"Annyeonghaseyo, Yuta hyung?"

"Eoh, Winwin-ah ada apa? Apa keadaanmu baik-baik saja? Anak-anak itu berlaku baik padamu? Kau tidak terluka kan? Apa kau tak betah disana? Ingin aku mengantarmu pulang sekarang? Atau bagaimana?"

Winwin terkekeh kecil, "ani hyung."

"Aku.. aku suka disini. Mereka sangat baik padaku? Mereka juga mengajakku makan malam hyung, bagaimana ini?"

Yuta terdiam sesaat di seberang sana. Ia menimbang-nimbang sejenak.

"Makan malam ya? Tapi Nana akan ku jemput sore nanti sayang. Apa tidak apa-apa jika aku makan berdua dengannya? Kau tak cemburu kan?"

Winwin merengut kecil mendengarnya. Ya memang kerap kali ia sangat terang-terangan menampakkan rasa cemburunya pada sang anak yang sangat menempel pada Yuta. Itupun menjadi salah satu alasan kenapa Nana bisa terdampar di rumah Jung selama beberapa saat.

Bukan apanya, hanya saja kedekatan anak ayah itu memang sangat intens. Nana begitu manja pada Yuta dan menggantungkan seluruh hidupnya pada sang ayah. Dilain pihak, Winwin merasa tak adil sebab ia yang mengandung selama 9 bulan, membawa Nana dalam perutnya kemanapun ia pergi, namun anak itu lebih menempel pada suaminya.

"Aku.. cemburu.."

Desisan kecil itu membuat tawa Yuta tertawa.

"Jangan khawatir, nanti sebelum makan malam aku akan menjemputmu dengan berdalih kita akan makan malam bertiga diluar, oke?"

"Arrasseo, hyung. Aku tutup teleponnya. Semangat bekerja!"

"Ne.."

Winwin langsung meremuk gelas kertas yang digunakannya ke dalam tempat sampah. Bersiap-siap untuk kembali ke kamar anak Jung.

"Bibi, kenapa lama sekali! Aku pikir bibi tersesat."

Suara Mark mengejutkannya. Winwin tersenyum menggeleng lalu merangkul anak kecil itu kembali ke dalam kamar untuk main bersama.

Winwin bisa melihat ketiga anak dominan ini bermain dengan akur, bahkan sesekali sengaja mengajaknya bicara agar ia tak merasa kesepian.

"Kids, daddy is home!"

"AYAH KAMI DI KAMAR SUNGCHAN!"

Teriakan keras Mark membuat suara langkah kaki mendekat. Keempat orang yang ada disitu menoleh dengan penuh harap pada pintu.

"Apa yang sedang kal—"

Ucapan Jaehyun tergantung begitu saja saat melihat sang mantan kekasih, Winwin, duduk diantara ketiga anaknya. Ia berdeham canggung, dan melarikan pandangannya kemana saja asal bukan pada pria manis itu.

"Ayah, ini bibi Winwin. Bibi Winwin, ini ayahku."

Jeno menarik Jaehyun untuk bersalaman dengan Winwin yang disambut senyuman serta sapaan canggung dari si submisif.

NANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang