seventeen

1.4K 161 24
                                    

Disepanjang perjalanan pulang, Yuta dan Winwin hanya bisa saling diam sambil sesekali menengok pada sang anak yang tampak murung.

"Nana sayang, kenapa wajahnya sedih begitu? Mau ayah belikan es krim?"

Namun bukannya menjawab, Nana malah mengubur wajahnya pada dada Winwin yang sedang memangkunya. Ia tampak menolak untuk berbicara pada siapapun sejak keluar dari rumah Jung.

Winwin memberi kode mata pada Yuta agar diam dan jangan bicara lagi. Kemudian tangan Winwin bergerak untuk mengusap lembut rambut hitam sang anak.

"Tadi yang turun sama Nana namanya siapa?"

Perlahan Nana menatap Winwin sementara jari kecilnya masih menari-nari di dada Winwin, menuliskan huruf-huruf untuk menjawab pertanyaan dari sang ayah.

Nono.

Walaupun Winwin tahu nama sebenarnya adalah Jeno, tapi ia hanya mengangguk kecil.

"Nana suka bermain sama Nono, sama hyung dan adiknya juga?"

Anggukan kepala dari si kecil mulai ditangkap oleh si pasangan.

"Apa yang ayah ajarkan pada Nana? Kalau seseorang bertanya, jawab pakai suara. Apa sopan hanya mengangguk-angguk begitu?"

Suara rendah Yuta membuat Nana yang tadinya sudah berani mengangkat kepala akhirnya kembali menunduk. Meskipun Nana dilahirkan sebagai carrier, Yuta tak segan untuk menanamkan tata krama padanya sejak kecil dengan tegas.

(( Carrier ; dalam universe ini diartikan sebagai laki-laki yang dapat dibuahi dan mengandung janin hingga melahirkan seorang anak ))

Winwin melotot pada sang suami sambil menjewer kuping Yuta cukup keras.

"Nana istirahat ya, mainnya besok-besok lagi."

"Nana tidak mau pulang ke rumah.."

Sontak, mobil tersebut di rem mendadak oleh Yuta. Wajahnya mengeras, dan merasa geram karena tingkah laku anaknya yang berubah drastis tak seperti biasanya.

"Kenapa tidak mau pulang ke rumah? Nana tidak rindu boneka ryan Nana?"

Winwin berbicara dengan lembut sambil menanti jawaban dari Nana.

"Nana sendirian di rumah, tidak ada teman seperti Mark hyung, Jeno dan Sungchan. Nana selalu bermain sama Ryan, selalu bermain sama boneka kalau di rumah. Nana sendirian. Nana tidak suka bermain sendirian. Ayah dan Papa juga jarang menemani Nana main.. tidak seperti Bubu yang selalu ada di dekat Nana."

***

Berbeda di kediaman keluarga Jung, semuanya sedang sibuk mengatur barang masing-masing.

"Ingat, sekolah yang benar. Nanti kalau dapat peringkat, ayah belikan iPad baru."

Saat ini, Jaehyun dan Taeyong sedang membantu ketiga anaknya bersiap untuk mengurus keperluan sekolah karena dua hari lagi merupakan resmi tahun ajaran baru.

"Ayah, Bubu, boleh tidak kalau dapat peringkat hadiahnya diganti dengan Nana saja?"

Sungchan menyahut sambil mengedipkan mata dengan polos.

"Tidak boleh!"

Taeyong sekalian menggetok pelan kepala Sungchan menggunakan gulungan kertas.

"Nana sekolah dimana Bu, Ayah?"

Mark bertanya diikuti pandangan penasaran oleh kedua adiknya.

"Nana masuk disekolah internasional. Berbeda dengan sekolah kalian." Bahu ketiga anak kecil itu melemas seperti jelly seketika.

Jaehyun terkekeh kecil, "nanti Ayah bawa Nana deh kapan-kapan."

"JANJI?!"

"Tidak janji kalau nilai kalian jelek?"

"Ah, tidaaaaaak!!!!"

Begitulah penutupan hari Sabtu bagi keluarga Jung yang tak lepas dari keluh ketiga anaknya.

***

Hari pertama sekolah.

Jaehyun dibantu dengan gagasan Taeyong sangat yakin untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang sama. Katanya untuk mempermudah urusan administrasi, juga lebih mudah untuk para anak memantau satu sama lain. Dan poin plus lainnya adalah, Jaehyun hanya perlu mengantar satu titik saja.

"Semangat sekolahnya, anak Bubu!"

"Terima kasih Bubu! Kami pergi dulu!"

Pipi Taeyong dikecup ringan oleh Jaehyun sebelum sang kepala keluarga menyusul masuk ke dalam mobil.

Jaehyun mengemudikan mobil miliknya menuju sekolah Neo yang berjarak sekitar 2 kilometer dari rumahnya. Sesekali pandangannya terlempar melalui rear-view-mirror untuk melihat Mark dan Jeno yang duduk dikursi tengah. Sedangkan Sungchan duduk dikursi depan.

Secara pribadi, Jaehyun sangat kagum pada dirinya sendiri yang sudah berusaha keras untuk menghidupi keluarga kecilnya sampai sekarang Mark sudah kelas lima, Jeno kelas empat dan Sungchan kelas tiga. Sama sekali belum terbesit dalam benaknya untuk menambah anak, karena mengurus tiga saja susahnya bukan main.

"Ayah, nanti pulangnya Ayah jemput tidak?"

"Pasti ayah jemput dong. Jam satu kan?"

Si sulung mengangguk.

"Jangan khawatir, Ayah tidak akan terlambat."

"Kalau satu sekolah dengan Nana pasti seru.." Gumaman Jeno terdengar begitu jelas.

"Jangan sedih begitu dong. Kalau mau sekolah itu harus ceria. Harus senang! Nanti ketemu Nana kapan-kapan. Ayah janji."

"Serius?!"

"Iyaaaa."

Tak butuh waktu yang lama bagi Jaehyun untuk sampai ke sekolah anaknya. Ketiganya berpamitan dan turun dari mobil dengan perasaan senang karena telah dijanjikan untuk bertemu Nana kapan-kapan.

"Jenoooooo!!"

Ketiganya yang asik berbincang berhenti melangkah saat mendengar nama Jeno diteriakkan oleh anak sebayanya. Mark, Jeno dan Sungchan sontak menoleh dan wajah mereka semakin cerah saat melihat si anak berjalan mendekat.

***

Ayooo siapaa yang kangennnnn???

NANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang