Jaehyun terdiam memandangi seisi ruang tamunya penuh dengan berbagai macam jenis balon. Oke, itu memang salahnya. Dan ia bertanggung jawab penuh atasnya, yah mungkin dia akan membersihkannya sore nanti. Mendengar bagaimana nyaring pekikan keempat anak kecil yang sibuk saling melempar balon juga membuat Jaehyun ikut terbawa dalam suasana.
Jaehyun bisa dengan jelas melihat kebahagiaan anaknya saat bermain balon bersama Nana. Ah, omong-omong tentang Nana. Jaehyun sebenarnya menjadi orang yang paling menentang kehadiran Nana sejak awal dirumahnya. Ada banyak kisah rumit dibalik kehadiran Nana sebelumnya. Berawal dari kisah orangtuanya yang—
"Hey, apa yang sedang kau lamunkan?"
Taeyong datang dan memeluk suaminya dari belakang. Menempatkan dagunya pada bahu tegap sang pasangan. Matanya juga ikut memperhatikan gerak-gerik sang anak yang masih aktif bermain.
"Tidak ada. Hanya melihat mereka saja."
Taeyong diam-diam mengikis senyumnya. Ternyata Jaehyun belum se-terbuka itu padanya. Tapi, biarlah. Lagipula Taeyong sudah punya 3 copyan Jaehyun dirumah ini.
"Kau ingin makan sesuatu untuk malam ini?"
Jaehyun menoleh hingga maniknya bertemu dengan Taeyong, ia menggeleng pelan lalu menurunkan lengan Taeyong yang memeluk pinggangnya.
"Aku ingin tidur. Aku akan membereskan balon-balonnya saat aku bangun nanti."
***
Sudah tiga jam lebih, tapi anak-anak kecil itu masih aktif bermain balon. Ada Mark yang sibuk memeluk balon semangkanya. Jeno dan Sungchan yang bermain balon pedang-pedangan, dan Nana yang sibuk menyusun balon di atas kepalanya.
Mark berjalan mendekat pada Nana, ia mengambil sebuah balon merah panjang lalu menusuk pinggang Nana dengan iseng. Namun yang terjadi kemudian adalah—
"Ouh. Mark hyung.. kenapa tega menusuk Nana?"
Drama anak kecil itu akhirnya dimulai dengan Nana yang memegang pinggangnya. Mark membuang pedang balon itu dan memasang ekspresi terkejutnya.
"Tuan puteri, hamba tidak sengaja. Aku tidak bermaksud untuk—"
"Rasakan ini!"
Nana mengambil balon tadi dan mulai menusuk Mark diberbagai bagian tubuhnya. Mark yang mengikuti alur akhirnya merebahkan tubuhnya di lantai, seolah-olah masa sekaratnya sudah tiba.
"Tu-tuan puteri.. aku sudah tidak kuat lagi."
"Hyung.. maaf. Aku minta maaf! Bagaimana ini."
Ya, diam-diam Mark tersenyum dalam hatinya.
"Ada satu cara untuk menyembuhkan ku tuan put—"
"APA ITU. BERITAHU AKU."
"Cium aku diseluruh wajahku, tuan puteri."
Pret. Mark memang benar-benar anak Jaehyun. Nana tampak gugup, Mark kemudian memegang tangannya.
"Aku akan menutup mataku.. Lakukanlah.."
Mark memejamkan matanya. Sesekali ia mengintip melihat wajah Nana yang semakin mendekat. Senyumnya semakin tak tertahankan. Apalagi ketika ingatannya terlempar saat Sungchan mengakui bahwa ia sudah mencium Nana malam itu. Yes, dia akan menang selangkah dari para saudaranya.
Cup
Cup
Cup
Cup
Cup
Cup
Cup
Cup"Hyung, bangunlah.."
Mark membuka matanya dan memekik keras saat melihat dan menyadari bahwa Jeno dan Sungchan lah yang memborbardir wajahnya dengan ciuman-ciuman tadi.
"AAAAAAA EOMMA!!!! APPA!!!!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN PADAKU!"
"Kau minta dicium kan? Sini aku saja yang cium!"
Jeno menyolot tak santai karena ia tau betul akal bulus dari kakaknya itu. Dan jangan salah sangka, ia dan Sungchan mulai merasa tak beres saat Nana memekik.
"Aku juga akan memberimu ciuman hyung!"
Sungchan menyahut, memonyongkan bibirnya dan berusaha menangkap wajah Mark yang ditepis mentah-mentah secara langsung. Ekspresi jijik dan mual sudah Mark tampilkan berulang kali, tapi wajah melongonya kini muncul saat melihat Nana sudah sibuk dengan berbagai balon lainnya di sudut rumah, tanpa memikirkan dirinya.
"NANAA!!!"
Oleh karena teriakan Mark, Nana menoleh dengan mata berbinarnya.
"Eoh? Mark hyung sudah bangun? Aku belum menciummu hyung! Tadi Jeno dan Uchan bilang mereka saja yang cium jadi aku bermain disini. Hyung sudah hidup kembali?"
"Mark tidak mau bicara pada Nana! Mark sedang marah!"
Dengan kaki yang dihentak-hentak sebal, anak sulung itu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
NANA
FanfictionHidup diantara 3 bersaudara Jung, membuat hidup Nana terombang-ambing karena harus menahan gejolak rasa yang selalu datang tiba-tiba. Belum lagi, kala mereka bertiga bersatu untuk menyenangkan hatinya. Ini kisah Nana, yang penuh cerita diantara 3 an...