fourteen

1.8K 194 23
                                    

"K-kk..ke-kenapa Nana sudah sebesar ini Bubu?"

Hancur sudah image Taeyong dihadapan Winwin. Belum lagi wajah ketiga anaknya yang sangat terkejut dengan mata yang tampak berbinar.

"Ini.. Bibi Winwin. Dia adalah Ibu Nana."

Raut aneh yang tadinya tergambar pada wajah Mark, Jeno dan Sungchan langsung hilang entah kemana. Mereka berlomba-lomba turun dari sofa dan mengelilingi Winwin.

"Halo Bibi!! Namaku Mark! Aku yang paling tua disini!"

"Aku Jeno! Aku seumuran dengan Nana Bi!"

"Aku Sungchan Bibi! Aku paling muda!!"

Winwin hanya bisa menebar senyum pada ketiga anak ini. Sepertinya apa yang sudah diceritakan oleh Yuta sepanjang perjalanan tadi hanya bualan semata untuk menakut-nakutinya. Mana anak-anak yang Yuta bilang suka berteriak seperti orang gila? Jelas-jelas ketiga anak ini lucunya bukan main.

"Apa Nana bertingkah baik dengan kalian?"

"Iya Bibi! Nana sangat baik pada kami! Dia juga dekat dengan kami. Sayang sekali ayahnya membawa dia pulang.."

Si sulung bersuara lebih dulu daripada kedua adiknya.

"Ah begitukah? Apa kalian rindu Nana?"

"SANGAT BIBI!!"

Winwin terkekeh lucu lalu mencubiti pipi anak itu satu per satu.

"Hyung, wajah mereka persis dirimu.." Taeyong hanya bisa tersenyum canggung.

"Sebenarnya mereka lebih mirip Jaehyun."

Ah, betul juga.

"Em, aku tau ini lancang tapi apakah Bibi datang bersama Nana?"

Sungchan bertanya spontan saat merasa keheningan terselip dalam rumah itu. Winwin hanya menggeleng kecil menjawabnya. Tak lama kemudian, ketiga anak itu berjalan beberapa langkah menjauh dari Winwin dan Taeyong.

Mereka membentuk segitiga, tampak seperti sedang berdiskusi dengan suara kecil yang nyatanya bisa didengar baik oleh Taeyong ataupun Winwin.

"Sst, hyung. Kalau Nana adalah tuan puteri kita. Terus ibunya adalah siapa kita?"

"Aku baru menonton film dinasti kemarin tapi aku lupa."

"Bukannya kita harus memanggilnya permaisuri?"

"Permaisuri itu untuk Nana, bodoh! Bukan untuk Ibunya."

Sungchan yang mendapat pukulan di lengannya hanya bisa meringis.

"Tapi Ibunya Nana juga cantik seperti Nana! Terus sekarang kan tidak ada Nana, anggap saja Bibi itu datang untuk menggantikan posisi Nana dirumah kita!"

"Eoh! Betul sekali kata Sungchan, hyung. Mungkin saja Nana ditukar dengan Bibi itu. Jadi Bibi itu kita anggap sebagai tuan puteri kita juga, iya kan?"

"Hmm, baiklah. Tapi kita terlalu pendek dari Bibi. Bagaimana caranya?"

"Aku punya ide hyung! Kita bawa dia ke kamar Sungchan lalu kita dudukkan dia di lantai. Kalau kita berdiri di sebelahnya kan kita jadi lebih tinggi!"

"Ah, betul!! Baiklah ayo kembali ke dekatnya. Nanti Bubu dan Bibi curiga. Ayo!"

Taeyong memejamkan matanya, malu bukan main. Malunya melebihi dihadapan Yuta kemarin. Kali ini terasa berkali-kali lipat lebih parah, kalau kemarin ada Jaehyun disampingnya yang sama-sama ikut menanggung malu, tapi hari ini hanya ada dia seorang diri.

NANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang