Hidup diantara 3 bersaudara Jung, membuat hidup Nana terombang-ambing karena harus menahan gejolak rasa yang selalu datang tiba-tiba. Belum lagi, kala mereka bertiga bersatu untuk menyenangkan hatinya. Ini kisah Nana, yang penuh cerita diantara 3 an...
"Jae, mereka semua sangat senang dengan kehadiran Nana. Apalagi setelah ku beritau bahwa Nana itu sepertiku. Mereka seolah-olah memiliki adik baru sekarang. Kehadiranku malah diusir oleh mereka."
"Hahaha, jangan seperti itu. Nana pasti juga menyukai mereka. Aku akan pulang lebih awal hari ini, ada yang ingin kau titip?"
Taeyong tampak berpikir sebentar, matanya sesekali melirik ke ruang tamu, melihat Nana yang duduk di atas sofa, kemudian ketiga putranya berlutut di lantai, kata mereka sedang bermain kerajaan-kerajaan.
"Tidak ada. Aku hanya ingin kau pulang cepat. Aku merindukanmu."
"Yang benar? Bagaimana dengan anak-anak?"
Taeyong berjalan menuju ke ruang tamu, "kalian ingin menitipkan sesuatu pada ayah? Dia bilang akan pulang lebih awal."
Mark kemudian berdiri lalu meraih ponsel yang tadinya dipegang oleh Taeyong.
"AYAH! MARK JADI PANGERAN!"
"Hng?"
"JENO JADI RAJA AYAH!"
"SUNGCHAN JADI PUTRA MAHKOTA!"
"DAN NANA ADALAH RATU DAN TUAN PUTERINYAAA!"
"Kalian sedang bermain disana? Tanpa mengajak ayah? Ayah kesal."
"Tidak, ayah. Ayah tidak boleh main bersama kami, karena ayah sudah tua!" Jeno dengan mudahnya berucap demikian membuat Taeyong tergelak.
"Baiklah kalau begitu, kalian ingin menitip sesuatu?"
"Aku tidak, aku hanya ingin ayah cepat pulang. Markeu merindukan ayah!"
"Sungchanie juga ayah!"
"Jeno tidak merindukan ayah! Jangan cepat pulang!"
Klik.
Jeno yang berbicara terakhir, langsung mematikan sambungan teleponnya, ia tersenyum lalu mengembalikan ponsel ibunya. Diantara dua saudara lainnya, Taeyong bisa melihat bahwa Jeno menuruni sifat buruk Jaehyun dengan sangat baik.
"Jeno, sopan sedikit. Itu ayahmu."
Setelah menegur anaknya dengan kalimat itu, ia dapat melihat Jeno yang cemberut lalu meninggalkan permainannya. Ia masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Membuat Taeyong menghela napas panjang.
"Bubu, Jeno kenapa?"
Taeyong menunduk lalu mengelus kepala Nana. Ah, anak itu memanggil Taeyong seperti itu karena Taeyong sendiri yang memintanya.
"Jeno sedang ngambek. Nana bermain disini bersama Mark dan Sungchan dulu ya? Bubu mau ke atas untuk bicara dengan Jeno."
Nana hanya mengangguk kecil lalu kembali bermain bersama Mark dan Sungchan. Mark dan Sungchan duduk di sebelah kanan-kiri Nana. Mengapit lelaki manis itu dan berbincang-bincang layaknya seorang anggota kerajaan.
"Aku tidak akan melepaskan Ratuku! Pergi kau orang gila."
"Dia adalah permataku. Jangan menyentuhnya atau aku akan menyentuhmu juga!"
Taeyong hanya menggeleng kecil melihat tingkah gila kedua anaknya. Ia kemudian berdiri, dan mengetuk pintu kamar Jeno.
"JENO SEDANG TIDUR DAN TIDAK INGIN DIGANGGU!"
Teriakannya membuat Taeyong mengelus dada. Benar-benar persis seperti Jaehyun.
"Buka sekarang atau eomma akan mengunci mu sampai tahun depan?!"
Bagaikan kalimat ajaib, Jeno selalu mempercayai ancaman dari Taeyong. Di balik daun pintu, tampak Jeno yang masih cemberut dengan kedua tangannya masih terlipat di depan dada.
"Lupakan yang tadi. Ayahmu sebentar lagi akan pulang, jadi lanjutkan permainan mu bersama saudaramu di bawah, oke? Eomma akan membawakanmu pudding di malam hari nanti."
"Yaksok? (Janji?)"
"Eomma tidak akan berbohong. Sana, Nana menunggumu."
Dengan wajah bahagia, Jeno langsung berlari meninggalkan Taeyong. Ia kemudian membereskan sedikit kekacauan di kamar Jeno lalu menutup pintu kamar dan kembali pada ruang tengah. Dan alangkah terkejutnya, ketika ia menemukan Nana disana.
"MARK! JENO! SUNGCHAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Nana yang terlentang di lantai, dan dikerubungi oleh ketiga anaknya. Ia kemudian menarik Nana dari sana. Pandangannya yang super tajam mengintimidasi setiap anaknya disana.
"K-kami hanya bermain-main, eomma!"
"Kenapa Nana tidur di lantai?"
Jeno berdiri lalu menunjuk Mark.
"Mark hyung yang menyuruhnya, eomma!"
Sungchan kemudian ikut mengangguk antusias.
"Benar eomma! Mark hyung bilang kita ingin mencoba kegiatan yang sering eomma dan appa lakukan di malam hari!"
"MARK JUNG?!"
"Eomma, kita sedang bermain rumah tangga! Nana menjadi istri kita bertiga! Jadi kami ingin mencontohi apa yang sering eomma dan appa lakukan! Tidak salah kan?"
Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Jeno dan Sungchan mengangguk lagi mendengar pernyataan Mark.
"Ayah pulang."
Jaehyun melihat keadaan ruang tamu yang sepertinya sedang diselimuti aura menyeramkan. Wajah ketiga anaknya pias dan wajah Taeyong menunjukkan amarah.
"Apa yang baru saja terjadi? Apa ayah ketinggalan sesuatu?"
Jeno berdiri, "appa, tadi kami sedang bermain rumah tangga. Nana menjadi istri kami bertiga. Lalu kami ingin mencoba kegiatan yang sering eomma dan appa lakukan ketika di malam hari. Tapi eomma marah besar!"
"Kegiatan di malam hari?"
Sungchan mengangguk, "kami pernah melihat ayah seperti duduk di punggung eomma. Seperti bermain kuda."
Jaehyun meringis kecil, melirik Taeyong yang sudah menutupi wajahnya karena sudah semerah tomat.
"Siapa yang mau bertanding basket dengan ayah? Ayah akan memberi hadiah kalau kalian menang?"
"AKU MAU AYAH."
Jaehyun lalu mengiring ketiga anaknya menuju halaman belakang. Meninggalkan Taeyong dan Jaemin yang masih duduk disana.
"Bubu sakit? Wajahnya merah sekali.."
***
Kisaran umur mereka (Mark, Jeno, Jaemin, Sungchan) disini masih kecil yaaa 12 tahunan gituu, jadi beda beda setahun gituu! ><
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.