"Babaa! Babaaa! Baba, help me!" Teriak manja Florenzia berlarian menuruni tangga rumahnya ini yang begitu mewah juga luas dan tinggi pastinya. Sontak Raffi yang berjalan lurus dibawah sana terkesiap kala melihat anaknya tanpa sengaja.
"Hei! Sorry, baba barusan pake ear phone."
"So, ada apa?" Ucap Raffi tanpa berlama-lama. Ditelisiknya sang anak dengan fokus. Anaknya mencurigakan, ada lembaran kertas di kedua tangan anaknya, ditambah pulpen berbentuk permen yang menggantung di depan pertengahan dada dan perut anaknya itu.
"Flori mau minta tolong pinjem ajudan-ajudan baba. Is it ok? Flori butuh buat cari asisten pribadi. Hmmm? Boleh?" Runtut Florenzia semangat, tak lupa bibirnya melengkung manis sesudah selesai berucap.
"Aspri? Ga jadi Tio yang cari?" Tanya Raffi sekaligus menawarkan.
"No, i was,.. umm,.. emang ada yang biki aku tertarik, aku tertarik dia jadi aspri aku, gituh. He'em, iya." Florenzia berdiri sedikit salah tingkah, dirinya pikir ayahnya ini akan keheranan dan berujung menolak akibat tak setuju dengan latar belakang calon aspri yang ia inginkan ini.
"Sini biar baba lihat! What is this?"
"Aw! Ih, baba! Kaget!" Ungkap Florenzia memarahi ayahnya yang menarik kuat kedua lembaran kertas dari tangannya.
"Gadis ini? Karina? What the?" Gumam Raffi tanpa menurunkan nada suara.
"Hmm? What's wrong? Baba kenapa?"
"Wait, wait! Ini dia yang kemarin disini?" Desak Raffi menyipit dengan kening meringis kentara. Apa maksud anaknya ini? Kenapa ada gambar gadis muda yang kemarin disini?
"Jadii,.. Florenzia mauu si diaa jadii asprinya aku! Hmm? Hehe. Gimana?"
"What?" Sontak Raffi membalalak menatap anaknya yang merayu dengan gaya centil itu.
Florenzia dengan senang hati memasang wajah penuh harap juga semangat. Kedua alisnya naik turun, matanya mengedip menggoda pada ayahnya. Raffi yang ditatap justru membeku penuh, kepalanya dirundung kebingungan.
Sesaat kepala Raffi menunduk, matanya menerawang, kepalanya bergerak ke kanan ke kiri tuk memilah-milah. Tidak, ini tidak beres.
"Bye! Baba mau pergi ke proyek."
"E-eh? Bab-babaa!"
"Babaaa! Baba kemanaa?!" Teriak Florenzia sampai berjinjit. Matanya membelalak tak habis pikir melihat ayahnya yang begitu lurus.
[MY HANDSOME BOSS, MY LOVER]
Tiga hari kemudian..
Sore hari..Sore ini Karina sudah siap menuju salah satu kafe di sekitar daerah bekas hotel dimana dirinya menginap setelah pingsan beberapa hari lalu. Andai pasangan suami istri itu memesan kamar hotel tuk dirinya lebih lama, sayang sekali hanya tiga hari saja.
"Halo, yaa?"
"Oh, iya, saya on the way." Karina berbicara dengan sopan, segera dirinya mempercepat langkah kakinya menuju dimana kafe itu berada.
Kini Karina sudah sampai di kafe, dirinya duduk menghadap pada pasangan suami istri yang berpakaian rapih, terlihat begitu berkelas, belum lagi Karina tahu pasangan di hadapannya ini seorang direktur salah satu perusahaan besar di Indonesia.
"So, anak kamu maunya dilatih balet sama kamu. Kami pikir kamu bakalan berminat."
"Balet?" Sontak Karina menyipit kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]
Художественная прозаMenjadi seorang asisten pribadi dari anak berusia 16 tahun tidaklah mudah. Majikan kecil cantiknya itu manja, rewel, belum lagi dirinya yang sudah seperti babysitter untuk dua adik Florenzia. Nona mudanya itu bernama Florenzia Augusta Akbar, anak da...