22. Raffi marah.

898 74 4
                                    

"Non Anjani tu kalo di rumah bawel banget, beda pas di luar rumah. Aku kira dia tu sama temennya bakalan cerewet, ternyata enggak."

"Masa, sih? Tapi majikan kamu orangnya perhatian banget, ya," timpal Karina merapikan busana bekas Florenzia bermain kuda.

"Beuh, bukan perhatian lagi. Dia mah ke semua orang perhatian. Makanya banyak cowok baper."

"Ouuh, i see." Karina mengangguk paham. Lanjut dirinya bangkit memasukan pakaian kotor itu ke tas yang sudah ia sediakan sejak di rumah.

"Takut banget, ga, sih, jadi aspri Florenzia? Dia tu dominan orangnya. Tapi open minded juga sih. Cuman, tegasnya minta ampun. Terus disatuin ama Celina anaknya Yuda Pratama, ama Putra anaknya Rangga Prajaya. Beuh! Mantap!"

"Haha. But, overall, aku nyaman. Ya manusiawi aja si. Kitanya juga jangan mau diinjek-injek." Karina mengedipkan satu matanya, dirinya tahu, dirinya sosok yang berani mengungkapkan jikalau dirinya tidak bisa diinjak-injak.

"Ouh, okay, i see."

"Heh! Buruan beresin bajunya, woy!" Tegur Karina pada temannya yang sama-sama seorang asisten pribadi itu.

"Harus dimarahin sih, gini mah. Asiten lelet!" Lanjut Karina menggeleng membercandakan.

"Haha. Jangan, dong! Ini, nih, mau, kok. Heheh."

"Gibah mulu, sih!" Sembur Karina begitu gencar menjahili temannya yang kini begitu buru-buru akibat ketakutan.

"Tantee!" Teriak Florenzia berlari semangat di kejauhan sana. Tangannya melambai heboh, senyumannya mengembang sempurna.

"Hey! Sini, sini! Minum dulu, minum yang banyak." Karina begitu sigap berdiri memajukan botol minum, satu tangannya lagi tak tinggal diam tuk merapihkan rambut Florenzia.

"Mmh! Mantap! Delicious!" Ucap Flori mendongak meresapi nikmatnya minuman jeruk peras ini.

"Enak, dong. Kan, yang buatnya tante. Dengan penuh rasa cinta, dan kasih sayang!" Ucap Karina tersenyum dalam keadaan sibuk merapihkan tali crop top Florenzia.

Florenzia yang selesai menyeruput minumannya sontak mendengus manis, tatapannya penuh binar kebahagiaan.

Cuup

"Makasih, tante!"

Karina meringis menutup mata mendapat bisikan suara cempreng manja di telinganya. Padahal Karina sangat fokus membenarkan baju Florenzia.

"Haha. Kaget, ya? Huum, kaciaan!" Cicit Florenzia mencubit menggerakkan dua pipi Karina.

"Haish! Ada-ada aja. Ya kaget, lah. Dasar abege!" Sembur Karina menggeleng cemberut, lalu kembali meneruskan mengeluarkan bandana untuk Florenzia pakai.

"Yuk makan yuk! Yuk yuk yuk!"

"Silahkan. Ngapain ajak-ajak tante? Tante udah makan banyak sama Gea di sini."

"Iih, jawabnya jutek banget! Ayoo! Harus makaan!" Rengek Flori menarik memeluk manja lengan Karina. Kepalanya mendongak begitu lihai memasang wajah memelas.

"Eh, Angelo mana? Pantesan ini pacarnya malah nempel-nempel di sini." Karina memutar kepalanya, menatap sekeliling. Sengaja dirinya pura-pura tak melihat Flori.

"Kita break dulu."

"What?" Gumam Karina sulit menunduk menatap Florenzia yang mendongak mendaratkan dagu di atas bahunya.

"Kita break, terus aku minta dia ga dateng ke sini. Done! ~Tamaat~."

Karina melongo melihat Florenzia yang berdiri seperti pembaca dongeng yang sudah selesai menampilkan dongengnya.

My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang