39. Flori sinis.

444 45 0
                                    

Pria itu terdiam di depan pintu kamarnya. Di dalam kamar terdapat Karina yang sedang duduk di single sofa, menyandar mendongak, meremas kepalanya.

Hembusan napas besar di sana menjadi bukti. Raffi mendaratkan bokong di samping istrinya, menarik pinggang itu hingga punggung Karina menghentak samping paha. Ia beri pijitan pada bahu istrinya.

"Capek?"

"Kinda," jawab Karina menyatukan rambut, menyimpannya di bahu kanan.

"Dia nyenyak, kan? Kamu ga ninggalin gitu aja, kan?" desak Karina menyampingkan wajah.

"Enggak. Yakin, kok, dia nyenyak." Raffi merengkuh tubuh istrinya dengan kaki. Tangan besarnya maju dan turun di dada istrinya, membuka kancing baju kemeja itu satu persatu.

Kedua tangan Karina naik membiarkan kemeja ditarik. Kini tersisa tank top. Karina terengah nikmat. Pijatan di bahunya sangat membuat nyaman. Sesekali Karina sendawa, lalu mereka terkekeh bersama.

Tak ada banyak komunikasi diantara Raffi dan Karina. Raffi tak mau mengganggu istrinya. Ada banyak hal yang Karina lakukan dari pagi ke pagi, hari ke hari. Hari ini bahkan istrinya bangun jam 3 pagi, dan sekarang sudah jam 1 pagi di hari yang berbeda.

"Aku mau pulaaang. Ck! Kasihan ibu aku," ucap Karina sesekali terpejam.

"Nanti kita adain dinner bareng ibu kamu. Kamu ga niat ngenalin aku ke beliau?" jawab Raffi balas bertanya. Sampai sekarang pijitannya tak berhenti. 

"Bukan gitu, Raffi. Huuft,.."

"Jadii,.. ibu aku tu baru sembuh jadi ODGJ. Sebenernya sembuhnya udah dari dua tahun yang lalu. Cumaan,.. aku mau bener-bener ibu normal. Di sana juga gaulnya sama yang normal. Ibu juga kerja kerajinan gitu. Punya duit, lho, ibukuu! Keren, kan?" terang Karina sangat jujur.

"Aku mau cerita lebih banyak lagi." Raffi melingkarkan tangan di perut istrinya.

"Aaaa! Raffiiii!! Mas! Noo!"

"Kemanaa? Eh! Raffiii!"

"Kita ke ranjang," jawab Raffi tak peduli istrinya yang cemas diangkat.

"Mas Raffiiii!!" pekik Karina terombang ambing seperti guling yang bagian tengahnya didekap. Tangan dan kakinya bergerak dan menghentak bebas.

Jeritan Karina hadir mengisi kamar. Tubuhnya setengah dibanting. Suaminya ikut ambruk mendekap. Tawa suaminya membuat ia memekik kesal. Ia pukul lengan itu, ia cubit berulangkali. 

Raffi tertawa besar. Ia mendorong paksa tubuh istrinya agar lepas dari dekapan. Ia merangkak menuju belakang kaki istrinya, ia tarik kaki itu hingga istrinya telungkup seperti duyung terdampar.

"Ayo buruan! Terusin ceritanya!" titah Raffi duduk di samping pinggang istrinya, menarik paksa tank top itu.

"Awww! Kasar banget, siii! Aissh!"

"Manja!" hardik Raffi melempar tank top istrinya. Ia mengambil minyak zaitun, ia kucurkan di punggung istrinya. Ia buka juga pengait bra di sana.

"Demi apapun ituuu. Enak banget mijitnya, Raffiiii!" rengek Karina tampak gusar atas kenikmatan yang ia terima di punggung.

"Kamu les mijet, ya?!" ucapnya retoris.

"Hahaha!"

"Idiiih, malah ketawaa!" hardi Karina memukul asal ke belakang, yang penting mengenai suminya. Kedua tangan suaminya benar-benar pintar sekali memijat. Tenaga yang diberika pun terasa pas, tidak berlebihan, tidak kurang. Pijitannya juga lincah teratur.

"Kirain mau minta jatah. Hahaha. Remuk badan sayaa."

"Besok ditagih." Raffi mengulum senyum. Ia bersemu merah atas ucapannya sendiri.

My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang