8. Berenang // Raffi marah.

1.2K 85 9
                                    

Raffi berjalan menggendong Naufla yang hanya diam ketakutan. Raffi benar-benar tak habis pikir, dirinya harus membuat anaknya tahu kalau orang itu orang asing.

"Baba marah! Naufla denger baba?" Ucap Raffi semakin menatap menusuk kala melihat Naufla yang membeku tak menggubris dirinya.

"Nauflaa? did you hear me?"

"No." Naufla mengedik, dirinya merenung tak sedikitpun ingin menatap Raffi.

"Baba ga boleh! Baba ga boleh pukul Tante Karina. Kalau baba pukul, Naufla ga mau bicara sama baba." Naufla berucap dengan gaya lembut datarnya yang khas.

"What? My daughter is getting threat me?" Sontak Raffi terkekeh tak habis pikir.

"Iya, Naufla mengancam baba."

"Nooof! She's a stranger." Raffi menghembuskan napas, menatap sabar.

"But i love her. Tante Karina baik, tante Karina itu seperti seorang ibu, suka peluk anak kecil, bicaranya lembut, dan penyabar." Naufla keras kepala. Ditatapnya sang ayah dengan teguh pendirian.

"Eergh! Eugh! Eugh! Eugh!" Geram Naufla menjadi bringas. Digigitnya bibir sang ayah, tak lupa kedua tangannya memukul kuat demi meloloskan diri.

"Aaargh! Nooflaa!" Teriak Raffi kelimpungan menahan sakit sekaligus berusaha menahan Naufla yang memaksa lolos.

"Aaaarg! Ayo kabur dari hantu babaaa! Ada hantuu!" Jerit Naufla berlari mencengkeram naik baju tidurnya agar tidak mengganggu.

"Tante Karinaaa!" Jeritnya menuju kamar yang sangat jauh untuk ditempuh.

"Aaargh! Fuck it!" Umpat Raffi menyandar ambruk menekan bibir yang mengeluarkan darah segar. Tingkah Naufla di luar ekspektasi. Meskipun memang kemarahan Naufla biasanya selalu brutal, tapi ini mengejutkan. Anaknya seperti ini karena membela seorang asisten pribadi.

Karina menganga sendirian seiring tak percaya melihat warna merah tua di bawah rahang. Pantas saja rasanya sakit, ternyata bekasnya saja sangat kentara.

"Ssst, ck! Aw! Gila, perih juga. Aakh!" Ringis Karina menahan rasa sakit seiring menekan disana tuk memberi obat.

"Mana malu-maluin lagi, kayak bekas dicium. Sst! Kasar banget jadi orang. Pantesan anak-anaknya kayak lihat setan. Hmpt! Haha!" Ujarnya kini berubah terkekeh menghardik.

"Tante Kirana kesakitan? Naufla mau lihat."

"Astaghfirullaahal'adziim!" Pekik Karina terkesiap mundur mendapati Naufla yang ada di pantukan cermin.

"Sst! Kukira tuyul! Ya Allaah, kageet." Karina mendongak meraup napas banyak, dadanya ia usap lembut.

"Tuyul? What is tuyul? Naufla ga pernah denger itu." Naufla buka suara. Suara manis yang khas, ada aksen cadel tipis disetiap kalimat yang ia ucapkan. Belum lagi tatapannya begitu polos.

"Wait! Biar Naufla search ke handphone. Naufla bisa pinjem handphonenya? Naufla curious."

"Hmm? Searching tuyul? Ih, jangan! Tuyul itu euumm,.." tinggal lah Karina kelimpungan. Matanya menelisik ke seluruh penjuru kamar.

"Tuyul is bad, or goo?" Ucap Naufla menyipit curiga. Dua jari telunjuk dan jari tengannya bergerak di sisi telinga.

"Non-no! No! No no no no!"

"What is nononono? Is it animals?" Tanya Nufla semakin penasaran.

"Karinaaa! Karinaa! How dare you! It is almost eight am now! And you-, Naufla?"

Karina membeku membelalak. Baru saja dirinya kelimpungan menerima serbuan Naufla yang bersembunyi di belakang tubuhnya. Ditatapnya majikan garangnya yang kini melotot menatap ke bawah di mana Naufla berada.

My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang