My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]

42. Curiga.

Abaikan latar fotonya ya guys.
Background tidak sesuai dengan cerita.

....

Suara pintu kamar mandi menghentikan pergerakan Karina di depan cermin besar dan tinggi. Ia baru saja siap dengan pakaiannya tuk pergi. Perlahan pria dengan beda usia 14 tahun darinya mendekat. Suaminya sudah mandi, rambutnya basah, namun memakai kaos yang tadi.

"Astaga, Raffiii. Kamu tuuh. Kayak bocah. Kalo udah mandi tu jangan pake baju yang tadi, dong." Karina mulai menjadi ibu-ibu cerewet.

"Jangan bilang itu cd pake bekas juga?"

"Ssuut." Raffi menunjuk istrinya agar diam.

"Hufft. Sana duduk. Biar aku siapin baju buat kamu. Sisa setengah jam lagi, lho."

"Lagian... jadi istri, kok, lalai. Kebutuhan suaminya dilupain," sinis Raffi melengos menuju ranjang.

Seketika Karina diam seribu bahasa. Sekarang dirinya mulai menemukan hal baru dari suaminya untuk ia pahami. Ternyata suaminya ingin selalu dilayani.

Raffi mendelik kala tahu istrinya mendekat dengan kaos polo merah tua dan celana cargo pendek berwarna hitam.

"Biar aku samain juga sama baju Ben."

"Ini. Ayo dipake. Kasian kalo ibu sendirian." Karina menyimpan pakaian itu di samping suaminya.

"Apa-apa lelet. Dandan lama, tapi suami diacuhin," ketus Raffi mengangkat dagu dengan angkuh.

"Suami pake lap kotor juga kayaknya kamu bodo amat."

"Kalo mau buru-buru, sana aja duluan!" tukas Raffi meraih pakaian dengan kasar.

"Aku ga sengaja."

"Ck! Halah!"

Karina menghela napas. Suaminya memang seperti bocah, padahal usianya lebih tua 14 tahun. Raffi harus selalu diperhatikan, diutamakan. Karina merasa menjadi ibu dari empat anak.

Dengan lembut Karina meminta izin tuk memeriksa kesiapan anak mereka. Ia abaikan jawaban sinis yang didapat.

"Ada-adaa aja. Raffi tu kayak bocah. Ck! Kirain mau pilih baju sendiri." Karina melangkah melewati lorong dengan lukisan-lukisan menawan di sepanjang dinding.

"Bundaa! Hihi. Di sini!" jerit Naufla duduk di kursi roda begitu antusias melambaikan tangan.