Raffi memasuki kamarnya dengan senyum yang merekah bahagia. Ditangannya ada pakaian yang sudah ia ambil dari kamar anaknya.
Langkah Karina yang baru saja akan menuju pintu sontak berhenti. Karina yang hanya memakai kimono tebal dan panjang itu melangkah mundur tanpa sadar. Senyuman Raffi di sana cukup konyol dan mencurigakan.
"Kata aku juga apa, harusnya pulang aja. Baju Flori mana muat?" Celoteh Karina berjalan merebut baju di tangan Raffi.
"Muat, aku yang pilih." Raffi melipat tangan dengan angkuh.
Karina mengangguk mengiyakan. Segera dirinya mulai melangkahkan kaki ke arah kemar mandi. Sayang sekali tiba-tiba tangannya menerima cekalan kuat hingga tubuhnya melenting mundur.
"Aakh!" Ringis Karina merasa sakit juga terkejut kala sisi bahunya ambruk pada permukaan dada bidang Raffi.
Raffi membatu menatap istrinya yang menutup mata akibat tak bisa menyeimbangkan diri. Dengan senang hati Raffi mendekap tubuh istrinya ini. Rambut merah legam Katrina bergerak membentuk gelombang dibuatnya.
"Cepet selesai mensnya. I'm waiting," bisik Raffi menunduk menyampingkan wajah dengan mata memandang ke arah depan.
Karina dibuat meriang dibuatnya. Bola mata indahnya tertuju pada sisi wajah tampan yang ada di samping atas wajahnya ini. Dua tangannya semakin mencengkeram kuat pada sisi lengan kekar Raffi seiring tubuhnya tak bisa ia kendalikan untuk berdiri.
"Emmh!" Bengis Raffi mendengus menarik tubuh Karina agar berdiri. Tangannya lalu menangkup sisi bahu Karina dengan erat.
"Ak–aku,.." Karina tergagu kala berhadapan dekat.
"Siap ga siap, itu pasti terjadi. Semua pengantin baru seperti itu." Raffi mengunci pergerakan Karina hanya dengan cubitan manis di pipi. Karina dibuat mendongak dengan pandangan pasrah yang tersisa.
'Cuup.'
Karina menutup mata kala bibir itu menempel di bibirnya. Ia biarkan bibir itu bergerak memagut bibirnya, memberi sensasi yang tidak pernah Karina dapat sebelumnya.
Dua tangan Raffi merengkuh posesif pada punggung istrinya, membuat kaki Karina terpaksa sedikit berjinjit. Karina yang terbilang tinggi membuat ciuman mereka lebih mudah untuk Raffi.
"Aku sadar, Karina. Ga usah takut." Raffi berbisik. Dengan manis ia meraih dua tangan Karina, ia buat tangan selembut sutra ini melingkar di kepalanya.
Telapak tangan besar itu mengusap bebas pada punggung Karina yang tertutup handuk kimono. Perlahan usapannya turun, lalu berhenti bergerak tepat di lekukan pinggang istrinya.
Tangkupan pada pinggang ramping itu ternyata membuat sang empunya merasa tergugah. Karina mulai membalas dekapan Raffi, membuka kesepuluh jarinya tuk mengusap di sana.
[MY HANDSOME BOSS, MY LOVER]
Loss Angeles
Gadis remaja cantik itu berdiri di hadapan meja makan granit mahal dengan sepiring salad buah yang disimpan di atasnya.
Flori begitu cantik, cerah ceria, dilihat dari crop topnya yang bercorak pokadot dengan warna yang cerah semua. Flori sibuk berhadapan dengan tablet dan laptop, ditambah kini dirinya yang mulai mengetik di ponsel tuk memanggil pelayan di indonesia.
"Hei, Defa! Lo tahu, kan, gelang annive gue yang dari Angelo?" Tanyanya lanjut memasukan buah.
"Iya, non, tahu, saya tahu. Yang diukir di bagian dalemnya. Biar saya carikan, ya, non."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]
General FictionMenjadi seorang asisten pribadi dari anak berusia 16 tahun tidaklah mudah. Majikan kecil cantiknya itu manja, rewel, belum lagi dirinya yang sudah seperti babysitter untuk dua adik Florenzia. Nona mudanya itu bernama Florenzia Augusta Akbar, anak da...