13. Tertabrak.

921 77 5
                                    

Kalian punya ekspektasi tersendiri ga sih buat cerita aku yang ini?

Hehe. Siapa tahu bisa jadi ide juga.🤭😋😇

[MY HANDSOME BOSS, MY LOVER]

"Ini pasti karena marah-marah, kan?" Tanya Karina dengan lembut meneteskan obat merah pada luka di punggung jari Raffi.

Raffi duduk di atas kursi besi, sedangkan Karina berjongkok di bawahnya, meraih tangan besar Raffi.

"Jangan dibiasain sedikit-sedikit marah, sedikit-sedikit kasar, lempar benda, apalagi sampe celakain orang."

"Saya ga pernah celakain orang pas marah!" Sergah Raffi menatap buas. Sedikit ia tarik tangannya hingga mereka bertatapan.

"Okay. Kalo celakain diri sendiri? Terus nanti anak-anak kuatir?" Timpal Karina menatap sabar.

"Anak-anak saya juga, kamu yang repot!"

"Okay, okay! Fine!" Sontak Karina berdiri, lanjut dirinya merapikan kotak P3K besar. Terlihat raut kesal di wajah cantiknya.

"Mau kemana? Belum selesai!" Sergah Raffi mencekal paksa siku Karina, serta memaksa menghadap padanya.

"Ga! Lepasin, saya!"

"Karinaa!"

"Eugh! Emang dasarnya nyebelin!" Cerca Kalina terus berjalan marah meninggalkan Raffi di sana.

Karina kini diam di dapur. Dirinya ingat kalau hari ini harus membeli dua kado. Tiga hari lagi ada teman bisnis Florenzia yang akan ulang tahun, dan ada dua orang.

"Kado apa, ya? Tas? Berapaan? Belum dijawab juga sama non Flo." Karina bergumam sendirian, tak sadar ada Raffi di belakangnya.

"Lima puluh juta dikali dua, berarti cetus juta. Ooh,.. atau parfum aja kali, ya? Paling mahal juga ga nyampe sepuluh juta." Karina menatap Raffi, mengangguk-angguk seolah tahu Raffi menyimak sejak tadi.

"Aah!! Tuan?" Jerit Karina terperanjat sampai punggungnya mundur ke belakang.

"Tuntasin!" Titah Raffi bermuka tebal.

"Ah?" Gumam Karina sontak melotot mencari kebenaran. Raffi begitu tegas memajukan kedua tangan, seolah ini memang kewajibannya.

"Ngapain gelengin kepala? Kamu ga mau?" Tanya Raffi menyipitkan kedua mata. Karina kini malah sengaja membuang muka.

"Iya, saya ga mau. Urus aja sendiri, emangnya saya siapa?" Timpal Karina mulai berdiri, menghadap berani.

Lama keduanya saling memandang sengit, Karina akhirnya menyerah. Tak benar dirinya sama keras kepala seperti Raffi.

Raffi mencebik menelisik Karina yang bersimpuh di atas karpet tebal, sedangkan dirinya menyandar nyaman pada handle sekaligus sandaran belakang sofa.

"Kamu cantik juga." Raffi mencebik menatap sinis ditengah acara menggodanya.

"Saya perempuan, makanya saya cantik." Karina sesaat menatap cuek. Dirinya seperti anak SMA dingin yang berusaha sabar digoda oleh kakak kelas.

My Handsome Boss, My Lover [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang